Mohon tunggu...
Een Nuraeni
Een Nuraeni Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja sosial

"Orang yang tidak menulis, tidak punya sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Babi yang Haram

8 September 2012   04:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:46 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Alasan kenapa babi diharamkan….

Babi? Kenapa babi?? Semester ini dapat mata kulaih tentang babi nih.. menarik, karena saya ga pernah berurusan sama babi sebelumnnya.  Haram juga bagi saya untuk mengkonsumsinya, bahkan tercantum dalam kitab suci agama saya.

Babi diharamkan?? Kenapa? Tadinya sih saya cuek bebek aja, ya kalau emang diharamkan ya sudah ga makan lagian juga jarang ada peternakan babi di daerah saya.  Ya ga masalah diharamkan pun.. toh ga ngaruh apa-apa buat saya, selow..

Tapi, ujung-ujungnnya penasran juga kenapa babi tuh d haramkan, apa dasarnya? Alasan logisnya apa? Apa iya karena dia ga punya leher sehingga ga disembelih?terus pernah denger juga katanya karena banyak cacing pitanya..??emang iya ya?

Pas responsi kelas babi, saya coba cari jawabannya sendiri dangan browsing pake internet karena ga mungkin juga nanya ke dosen praktikum, dia nonis alias non islam dan tentu dia makan daging babi. Dari hasil pencarian, sungguh sangat tidak memuaskan alias membingungkan. Hasil pencarian tidak bisa memuaskan saya… nanya aja ke ustadz langsung?ustadz mana?? Ga punya kenalan ustadz…he (ustadzah lah!! Ga punya juga tuh…. Ke mba2 alhur gitu juga kapan nanya nya).

Jawaban yang saya dapat pas saat itu dari beberapa sumber seperti ini kurang lebih:

1.      Babi diharamkan karena jelas tertulis dalam al Quran surat Al Baqarah ayat 173 yang berbunyi:

““Innamaa harrama „alaikum al-maitata wa al-dama wa lahma al-khinjiiri wa maa uhillabihi li ghairillaahi. Famani idhthurra ghaira baaghin wa laa „aadin falaa itsma „alaihi. innallaaha gfauurun jahiimun.” (Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesugguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).

2.      Babi diharamkan karena dia tidak mempunyai leher sehingga cara memotongnya pun tidak disembelih layaknnya ternak lain melainkan ditusuk dengan besi langsung mengenai jantungnnya, sehingga cara pemotongan babi yang tidak syar’I tersebut membuat daging babi haram.

3.      Babi haram karena mengandung banyak cacing pitanya sehingga bisa membahayakan jika dikonsumsi.

4.      Babi juga diharamkan karena hidup dilingkungan yang kotor.

5.      Daging babi dinyatakan memiliki serabut daging yang lebih sulit untuk dicerna usus dibandingkan dengan serabut daging sapi atau kambing. Akibatnya, daya cernanya sangat rendah dan banyak orang akan mengalami gangguan pencernaan bila makan daging babi. Selain itu, orang mengalami diare atau muntah-muntah karena makan daging babi. Tapi itu dulu. Sekarang, dengan begitu majunya ilmu genetika dan dunia peternakan, bisa dihasilkan babi-babi yang memiliki karakteristik daging yang lebih baik daripada daging babi dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu. Jika alasan keharaman daging babi karena kualitas dagingnya yang kurang baik, maka dengan semakin meningkatnya kualitas daging babi sekarang ini, seharusnya daging babi dihalalkan. Sekali lagi, pada kenyataannya, daging babi tetap haram, sebaik apapun kualitasnya!

Yang saya dapat seperti itu, yang no 1 memang sudah sangat jelas menjawab bahwa dasar babi diharamkan adalah karena Allah melarangnnya. Tentu saja segala sesuatu itu ada maksunnya ketika Allah melarang atau mengharamkan sesuatu, itu yang ingin saya tahu….

Jawaban no 2 saya belum tahu pasti alasan ini benar atau tidak karena tidak ada penjelasan terperinsci seprti aturan penyembelihan ternak itu seperti apa dan bagaimana untuk ternak yang tidak punya leher (belum nyari tau tepatnya…hehe).

Jawaban no 3, malah aneh ya… selama ini saya juga belajar mengenai ternak-ternak lainnya seperti sapi, ayam, domba, kuda dan diantara semua itu juga disaluran pencernaannya beresiko mengandung cacing pita dan cacing parasit lain tergantung manajement pemeliharaan dan penanganan kesehaatannya. Dan jawaban ini mudah sekali dipatahkan.

Jawaban ke 4, babi diharamkan karena dia hidup dilingkungan yang kotor… hm, ini lebih ga logis juga. Bukannya banyak ternak yang hidup di lingkungan kotor ya?? Bebek??apalagi lele yang hidup d comberan pun bisa(kan bukan ternak??!!! tapi kan ikan ini juga jorok dan halal-halal aja tuh). j

Intinya semua jawaban diatas masih sangat normative dan butuh penjelasan yang bisa lebih menguatkan.

Iseng buka alamat web salah satu dosen fapet, kebetulan dia pembimbing akademik saya. Dan ada hal menarik yang saya dapat sebuah e book yang berjudul “Memanusiakan Babi” untung ga dibalik “Membabikan Manusia” Loh??udah ga usah dibahas (banyak kan yang menyebut mausia dengan sebutan B*b*)…hehe

Ternyata justru dibuku ini saya menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya selama ini tentang mengapa babi itu diharamkan. Yup, selain termaktub dalam kitab suci Al Quran ternyata memang ada penjelasan menarik mengenai kenapa daging babi diharamkan.

Diceritakan bahwa ketika kasus sumanto lagi gencar-gencarnya (itu loh yang suka kanibalisme alias makan daging manusia) ternyata  hal ini juga terjadi di negara lain. Pengakuan tentang babi muncul di harian Hamburger Abendblatt yang terbit di Jerman. Armien Meiwes, seorang gay yang menjadi terpidana kasus kanibalisme, mengaku pada harian tersebut bahwa tidak ada perbedaan cita rasa antara daging manusia dengan daging babi.

Pernah dengar kalau organ babi kompatable jika di translasikan ke tubuh manusia?? Seperti katup jantung babi yang dijadikan katup jantung manusia?

Banyak kemiripan antara ukuran organ-organ tubuhnya, dan lain-lain sangat memungkinkan dilakukannya perubahan pada babi menjadi seolah-olah mirip manusia dalam upaya mensukseskan program transplantasi organ babi ke tubuh manusia. Ini akan dapat terjadi karena adanya teknologi transgenik.

Suatu saat nanti, tubuh babi akan dihuni gen-gen manusia agar organ-organ babi yang mengandung gen manusia menjadi mudah ditransplantasikan ke manusia karena organ tersebut tidak ditolak oleh sistem pertahanan tubuh (imunitas) pada manusia. Hal ini dilakukan dengan membuat babi transgenik. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan organ dari babi, semakin banyak dibuat babi transgenik. Lama-kelamaan, melalui perkawinan, babi non-transgenik kawin dengan babi transgenik sehingga anak keturunannya juga membawa gen manusia. Semakin lama akan semakin banyak yang demikian sehingga manusia tidak dapat membedakan babi yang transgenik dan yang bukan transgenik.

Padahal babi transgenik tadi membawa gen-gen manusia. Lalu, apa bedanya daging babi dengan daging manusia. Lalu, apa bedanya daging babi dengan daging manusia?

Itulah, “mungkin” mengapa sejak awal Allah melarang manusia mengonsumsi daging babi. Sebuah keinginan Allah tentang sesuatu yang akan terjadi pada suatu waktu nanti sudah tersurat dalam Al-Quran yang turun ratusan tahun lalu. Sama halnya ketika para astronom Barat menemukan jutaan benda-benda bertebaran di langit lepas, Al-Quran telah menyebutkannya terlebih dahulu. Inikah satu kebenaran dari firman Allah dalam Al-Quran yang kembali tersingkap? Wallahua’lam… tapi inilah jawaban terlogis yang penah saya dengar tentang mengapa daging babi diharmkan.

Bukan tanpa Alasan kenapa Tuhan mengharamkan sesuatu dan menciptakannya di alam ini…. Begitu juga dengan babi, walau ia diharamkan tapi mungkin dia memiliki sisi kemanfaatan lain yang belum kita temukan dan salah satunya mungkin ya untuk membantu manusia dalam bidang kedokteran tadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun