Rasa takut, cemas, khawatir adalah sesuatu yang sering kita rasakan sebagai manusia. Hampir setiap saat, setiap hari, kita mengalami rasa takut, dari mulai hal-hal kecil sampai hal-hal besar. Contoh takut hal-hal kecil misalnya takut terlambat atau kesiangan ke kantor, padahal hal itu sudah menjadi rutinitas tapi masih saja ada rasa takut. Contoh lainnya, takut sakit perut kalau makan pedas, takut kecoa, takut mimpi buruk, takut melakukan kesalahan, takut tidak berguna, takut kekurangan, takut tidak memiliki pasangan, takut tidak memiliki pendamping, takut kehabisan uang, takut tidak bisa mendapatkan pekerjaan, takut dengan lingkungan baru, takut dipandang buruk,takut mengecewakan orang lain, takut sendirian, takut kesepian, takut tidak sukses dan banyak ketakutan-ketakutan lainnya.
Pertanyaannya adalah kenapa kita sering sekali merasa 'takut'? kenapa perasaan takut itu selalu ada? Apakah rasa takut itu sesuatu yang selalu negatif? Atau kenapa harus ada sesuatu yang kita takuti di dunia ini?
Banyak pertanyaannya ya? Hehe.... ada yang mau jawab? Mungkin bisa dijawab sebagian dari hasil baca buku, baca internet, nonton video pencerahan atau pemahaman sendiri yang semoga saja tidak keliru.
Rasa takut merupakan suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Tujuan dari adanya rasa takut adalah untuk 'melindungi diri sendiri' dari kegagalan, rasa sakit, luka, dan sebagainya. Orang yang takut sakit atau masuk rumah sakit, maka dia melindungi diri sendiri atau berusaha menjaga kesehatan agar tidak sakit. Negatif? Tidak tentu tidak sama sekali. Menjadi negatif apabila rasa takut itu terlalu berlebihan. Misal, karena takut sakit sampai tidak mau keluar rumah dan mengisolasi diri sendiri. Hehe..
Hal-hal yang dibahas diatas, ternyata merupakan golongan rasa takut yang Bersifat Naluriah (Thabi'i) dan sesuatu yang sangat normal ada pada seseorang selama tidak berlebihan.
Rasa takut juga ada yang malah bernilai ibadah. Rasa takut akan bernilai ibadah apabila ditujukan kepada Allah yang disertai dengan perendahan diri, pengagungan dan ketundukan kepada Allah. Ketakutan yang justru menyebabkan kita menjadi taat dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Kebalikannya adalah rasa takut yang malah membawa kepada hal-hal syirik (selain Allah). Seperti seseorang membunyikan klaksonnya ketika berada di suatu terowongan karena beranggapan jin/setan di terowongan tersebut akan mendatangkan bahaya baginya jika ia tidak membunyikan klakson. Membawa jimat ketika bepergian, takut memakai baju warna tertentu akan diikuti jin dan banyak hal lainnya.
Unreasonable fear sendiri adalah menakutkan sesuatu yang belum jelas tetapi malah menafikkan yang sudah jelas. Unreasonable Fear menyebabkan seseorang meninggalkan suatu kewajiban atau tidak melakukan kewajibannya karena takut akan hal-hal yang sebenarnya belum tentu terjadi bahkan mungkin tidak akan terjadi. Sebuah ketakutan yang tidak beralasan. Misal, Seseorang tidak berhijab karena takut pada manusia (yaitu takut dikucilkan, dan sebagainya), takut sudah berhijab tidak mendapatkan pekerjaan, padahal belum tentu terjadi. Tapi, tidak takut dengan dosa karena tidak berhijab yang selama ini dan sampai sekarang terjadi padanya.
Contoh lain unreasonable fear
"Gimana nanti kalau saya udah nikah lalu saya nggak bisa membiayai keluarga saya dengan layak (miskin)?"
Ketika seseorang berbicara seperti ini, dia menunjuk pada masa depan (yang tentu saja belum jelas). Maka yang dikhawatirkan/ditakutkannya itu adalah kemungkinan masa depan yang belum jelas, tetapi ada fakta yang sudah jelas yaitu: dia belum nikah dan dia belum bisa hidup dengn layak (miskin).
Banyak orang yang belum menikah beralasan belum cukup materi-lah, belum siap-lah, belum mantap-lah, belum kaya-lah. Itu semua saya katakan unreasonable fear. Pertanyaannya adalah: apakah tidak menikah berkorelasi dengan harta? jawabannya tidak ada korelasinya. Artinya dia mengkhawatirkan seandainya dia menikah maka dia akan menanggung resiko begini dan begitu (hal-hal negatif), tetapi tidak pernah memikirkan resiko yang dia tanggung ketika dia tidak menikah (hal-hal negatif).