Miris melihat manusia jaman sekarang, semakin egois dengan kepentingannya sendiri. Sikap "individualis" bukan lagi menjadi icon masyarakat kota namun sudah sangat banyak dijumpai di masyarakat desa yang selama ini terkenal "guyub" nya. Sikap individualisme merupakan paham yang menganggap diri sendiri lebih penting dibandingkan dengan orang lain, tidak peduli dengan kondisi orang lain, termasuk orang terdekat di lingkungannya sendiri seperti tetangga misalnya.
Kondisi ini dirasakan sendiri saat melakukan kegiatan gotong royong bedah rumah salah satu warga di Pandeglang. Bedah rumah dilakukan oleh beberapa relawan yang berinisiatif mengumpulkan dana dikarenakan kondisi rumah yang sangat memprihatinkan. Tiga keluarga berjumlah sebelas jiwa tinggal di sepotong rumah (bagian dapur)beralas tanah dan hampir roboh. Dinding bilik bertulang kayu yang sudah lapuk, tanpa jendela, tanpa pintu dan sebagian lantai tanah hanya dialasi terpal untuk tempat tidur. Saat hujan, tempias air masuk melalui celah bilik yang memang tidak menutupi seluruh rumah dan genangan air pun juga mengalir masuk membuat lantai tanah didalamnya basah dan tidak bisa ditinggali untuk tidur. Keadaan rumah yang sangat tidak layak ditinggali, 7 anak-anak didalamnya masih bersekolah, sehingga pada tanggal 24 September 2017 relawan bergotong royong melakukan bedah rumah dengan uang hasil pengumpulan dana beberapa waktu yang lalu.Â
Uang yang terkumpul digunakan untuk membeli bahan-bahan seadanya, hanya cukup untuk membeli kayu-kayu tiang, atap asbes dan beberapa lembar bilik. Sedangkan untuk proses pengerjaannya dilakukan gotong-royong untuk mengheat biaya. Saat hari H pelaksanaan tidak ada satupun warga yang ikut membantu, hanya ketua RW yang turut membantu. Heran, sangat heran melihat warga yang hanya menonton (mengintip dari kejauhan) dan enggan mendekat untuk turut serta membantu. Kemana budaya gotong royong Indonesia? kemana orang-orang yang ringan tangan membantu saudaranya? sudah sedemikian lunturkah nilai-nilai sosial di masyarakat indonesia? Sudah punahkah dia yang dinamakan "kepedulian"?
Padahal, kalau kita mau sama-sama peduli banyak hal bisa diselesaikan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H