Mohon tunggu...
Edy Utama
Edy Utama Mohon Tunggu... -

Hobby baca...baca apa saja..baca situasi...baca kompasiana juga, I love it..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perempuan di Masa Kanak-kanak

18 November 2009   17:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:17 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sembari menyantap menu makan siang  palace combo dari shanghai express Dera mall centre ini kutumpahkan kekesalanku pada lelaki persia berwajah tirus di depanku. Nikmat beef slice black pepper plus potongan kentang goreng ini tak terasa senikmat, selezat biasanya. Mount of anger in each slice, yang kusuapkan menyusuri tenggorokan jenjangku. Lelaki persia berwajah tirus mirip pemain bola italia ini kurasakan semakin membosankan, kalau saja dia tahu apa yang kurasakan tentu dia akan segera meloncat dan mengakhiri ini semua.

Sebagai manajer account di sebuah hotel bintang lima di tepi Dubai creek, dengan wajah yang terawat mulus, bibir hampir selalu mengkilat membasah, weight indexs ideal 22-25, dan tinggi 175 bukan hal yang sulit untukku menguasainya. Ini semata psikologis, darinya tak pernah sekalipun kudapat tatapan memaksa dan selalu, sekali lagi selalu, hanya anggukan mengiyakan yang selalu diberikan, itu berarti segalanya buatku.

Sepuluh tahun sudah aku tinggal di kota yang kuanggap, sekali lagi kuanggap, paling indah di Uni Emirate Arab ini. Apartemen termahal di kota ini, bercat coklat senada dengan warna pasir, yang tidak pernah sekalipun, dulu sekarang maupun besok, memuaskan dan membanggakanku. Sharjah kota pelabuhan lama, berhampar pelabuhan rakyat yang menghubungkan perdagangan antara negara ini dengan para persian yang mengganggap dirinya paling intelek di timur tengah setelah Bani Israel.

Kalau saya harus menjawab pertanyaan, kenapa dan mengapa, mengapa semua ini terjadi? Saya tak tahu!!!, awal dari semua ini, mungkin darah muda remaja lulusan akademi akuntansi dari pusat kota Isfahan ini, yang sengaja menggodaku, tapi kuragukan, bahkan bisa kupastikan bukan itu. Baginya bisa jadi kebanggaan tersendiri bisa memikat atasannya, cantik yang disegani dan berkarier brilian, setidaknya itu yang bisa kuduga, output dari sekepal potato pasta di belakang jidatnya. Atau mungkin, sekali lagi mungkin, saya juga nggak yakin soal ini, keberuntungan brengsek bertemu dengan jenuh lonely life miskin sosialita kehidupan expatriate minoritas.

Kalau dibilang mencari kenikmatan syahwat belaka rasanya bukan, dan rasanya memang bukan, toh sensasinya tidak seberapa beda, saya hampir memiliki semua yang diidamkan wanita.

Bercinta tiga kali seminggu..

Mencapai puncak yang tidak tiap wanita mendapatkannya, hampir selalu..kalau tidak mau dibilang pasti...

Kalau mau dinilai, ini kalau mau dinilai, tidak lebih dan tidak kurang dengan suamiku, semua orang bilang kami pasangan serasi, atau memang hanya itu yang kupingku mau dengar.

Tak ingkar aku menikmatinya, tak munafik aku menafikannya, tak perlu disumpah untuk mengakuinya, ada keasyikan tersendiri mengajarinya menyentuhku. Namun itu bukan soal susah, bukan soal ruwet, tak pula hal yang pelik, mengajarinya membelai dan membisikkan kata kata cinta, kata-kata mesum, kata-kata nista, semudah menangani angka angka mati yang kugeluti tiap hari.

Toh dia juga lelaki normal, budaya arab, tak cuma arab aku tahu, yang menistakan pergaulan bebas antara pria dan wanita membuatnya seperti musafir seminggu tak bertemu oase, dahaga diujung lidah, sekering padang pasir halaman depan badoui, tak pernah mendapat seujungpun kesempatan nista.

Pandangan birahi di matanya, elusan lembut di ujung rambutku ditingkahi pujian yang melenakan syaraf pendengaranku, kubiarkan amatiran ini beraksi, berakhir dengan meja berserakan ruang kerjaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun