Mohon tunggu...
Edy Susanto
Edy Susanto Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Penulis dan Jurnalis

Seorang yang senang mengamati lingkungan sekitar dan sesekali pengamatan itu ditulis dan dituangkan dalam bentuk tulisan sederhana.Masih terus belajar dan ingin tetap banyak belajar.Untuk terus dan tetap memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Musibah Mengajarkan Kita Merenung

27 Oktober 2010   05:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:03 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari-hari belakangan ini kita sebagai bangsa Indonesia di berikan sebuah berita duka cita.Hampir dalam kurun waktu yang terus menerus dan tidak pernah berhenti, di beberapa daerah di indonesia diguncang musibah bencana alam.Banjir,longsor,tsunami sampai meletusnya gunung berapi yang aktif di indonesia menjadi bagian berita yang hampir tiap waktu kita dengar.Berdasarkan analisa pengamat metrologi dan geofisika bahwa dilihat dari segi letak kondisi geografis indonesia memang termasuk negara yang rawan bencana. Ini mengindentifikasikan bahwa kita hidup di daerah yang suka atau tidak suka harus menerima keadaan negara kita sering terjadi bencana alam.Dari informasi ini kita akan selalu menyadari bahwa walaupun kita bisa mengupayakan berbagai cara untuk terhindar dari musibah,tapi tetap pada akhirnya kita harus menyerahkan hasil akhir kepada Allah Swt atas musibah yang terjadi.Karena seringkali terjadi bila bencana alam menimpa maka akan ada korban jiwa yang melayang.Belum lagi korban harta benda yang tidak terhitung jumlahnya. Siapapun yang masih punya hati nurani pastilah akan terhenyu dan bersedih ketika melihat tayangan dan informasi mengenai musibah yang menimpa.Yang menjadi korban tidak mengenal jenis kelamin,usia,agama,latar belakang atau apapun status sosialnya.Korban bisa jatuh dikalangan anak-anak sampai kaum manula.orang berpunya atau kaum miskin papa.Musibah menimpa tidak pandang bulu,semua yang sudah ditakdirkan akan menemui takdirnya masing-masing tanpa diminta dan di undur waktunya. Maka sebagai insan beriman yang mempunyai agama dan memiliki Tuhan harus senantiasa menyandarkan hidup dan kehidupan kita hanya kepada Allah Swt saja,tidak ada yang lain.Karena kita yakin dan mempercayai bahwa hanya atas kehendak-Nya semua itu bisa terjadi.Manusia boleh berkehendak dan berusaha tapi semua keputusan terakhir ada pada Yang Maha Memutuskan.Manusia dengan segala kesempurnaan dan semua kesombongan yang menyertainya pada saatnya akan menyerah dan tunduk atas takdir yang telah terjadi.Kuasa manusia tidak akan menandingi kekuasaan Tuhan yang tak terbatas. Sebagai penutup diharapkan dengan semakin menyadari bahwa yang namanya nyawa dan urusan takdir kita serahkan pada Allah,kita hanya bisa berusaha semampu kita berusaha.Serta hari-hari yang kita jalani senantiasa mengikuti jalur yang di perintahkan Tuhan dan jangan pernah berfikir untuk menyeleweng dari ketentuan yang sudah digariskan.Sehingga dengan demikian hidup kita akan senantiasa sinergi dengan kehendak-Nya.Apapun yang terjadi dan menimpa kita yakinlah itu adalah yang terbaik dan sudah sesuai dengan kehendak dan rencana yang sudah dipersiapkan Allah Swt kepada kita. Bagaimana sudakah kita merenung atas semua musibah  yang terjadi ? Apakah dengan semua musibah yang terjadi,semakin mendekatkan diri kita pada Yang Maha Kuasa ? Selamat merenung,selamat melakukan intropeksi diri...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun