Di tahun 2018 ini Rumah Kebangsaan Pancasila akan kembali menggelar ajang Lomba Pidato Meniru Gaya Bung Karno untuk yang ke 4 kalinya.
Namun berbeda dengan 3 lomba yang sebelumnya yang dilakukan secara swadaya dan hanya untuk wilayah Jabodetabek saja, lomba kali ini akan diadakan dalam skala yang jauh lebih besar, yaitu dalam skala nasional dan akan melibatkan banyak pihak baik swasta ataupun pemerintah untuk mensukseskan acara ini.
Digelarnya Lomba Pidato Meniru Gaya Bung Karno dalam skala nasional kali ini karena RKP meniatkan agar lomba pidato kali ini benar-benar dapat menjadi trigger; menjadi pemicu untuk membawa Indonesia kembali kepada ajaran Bung Karno.
Membawa Indonesia kembali kepada ajaran Bung Karno dapat kita katakan sebenarnya adalah sama halnya dengan membawa Indonesia kepada jati dirinya. Karena Bung Karno dan bangsa Indonesia adalah dua entitas yang padu dan tidak bisa dipisah-pisahkan.
Dengan tidak bermaksud mengesampingkan peran dan jasa para pejuang dan pendiri bangsa Indonesia lainnya, harus kita pahami bahwa sejak awal bangsa ini terbentuk, kemudian menjadi bangsa yang merdeka dan kemudian menyusun serta menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegaranya, rangkaian dari pada proses yang terjadi itu benar-benar bersentral kepada gagasan dan ajaran-ajaran Bung Karno sebagai Pemimpin Besar dari pada Revolusi Indonesia.
Sepanjang hayatnya, seluruh pikiran dan potensi yang dimilikinya, benar-benar Bung Karno curahkan untuk kemajuan dan pertumbuhan bangsa dan negara ini. Tidak terkira dan sangat sulit jika kita harus menghitung besarnya jasa Bung Karno atas bangsa dan negara ini. Yang dari semua itulah hari ini kita mewarisi sesuatu yang amat mahal berupa konsepsi atau ajaran-ajaran tentang bagaimana bangsa dan negara ini harus diselenggarakan.
Bukan saja Bung Karno mewarisi Pancasila kepada kita yang hari ini kita jadikan dasar dari pada kehidupan berbangsa dan bernegara, lebih jauh lagi dari itu Bung Karno juga mewarisi konsepsi yang dasyat untuk mewujudkan Dunia Baru. Dunia tanpa eksploitasi manusia atas manusia bangsa atas bangsa. Dunia yang benar-benar bebas dari penjajahan dalam segala bentuknya.
Itulah hal yang sekali-kali kita tidak boleh lupa, bahwa bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang terlahir dari sebuah revolusi dan terikat kuat dengan revolusi tersebut. Dan sebagaimana yang pernah Bung Karno katakan, bahwa revolusi kita belum selesai; bahwa revolusi kita itu bukan hanya sekedar mengusir penjajah dari bumi Indonesia, melainkan mewujudkan dunia baru itu. Mewujudkan dunia yang sepenuhnya bebas dari eksploitasi manusia atas manusia bangsa atas bangsa itu.
Tentang idealisme Revolusi Dunia Baru tersebut, sebenarnya pun tertera dengan jelas di dalam konstitusi kita. Dimana di Pembukaan UUD'1945 telah kita nyatakan: "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."Â Inilah komitmen sekaligus amanat sejarah dari pada Bangsa Indonesia. Inilah jiwa dari pada revolusi Indonesia itu. Inilah ajaran yang memberi arah dan menjadi tujuan dari pada penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan benegara kita itu.
Jelas bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang kecil. Bangsa Indonesia adalah bangsa memikul amanat sejarah untuk mewujudkan sebuah dunia baru. Dan kita juga tidaklah perlu berkecil hati, karena sebenarnya konsepsi untuk mewujudkan dan menuntaskan dari pada Revolusi Dunia Baru tersebut telah ada bersama kita. Bung Karno, Pemimpin Besar Revolusi Indonesia telah meninggalkan kepada kita ajaran-ajaran yang komprehensif untuk menjadi panduan bangsa ini menyelesaikan revolusinya yang belum selesai itu.
Hanya saja sayangnya, kita melihat bahwa hari ini kita masih nampak asing dengan ajaran-ajaran Bung Karno. Kita masih belum benar-benar menjadikan ajaran-ajaran Bung Karno sebagai rujukan; sebagai sumber dari pada perumusan-perumusan penataan dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara kita.Â