Mohon tunggu...
Edy Suryadi
Edy Suryadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ketua Umum Rumah Kebangsaan Pancasila

Inner Life is The Real Life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramalan Al-Qur'an tentang Manusia

1 Desember 2016   11:44 Diperbarui: 1 Desember 2016   11:57 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar! Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?(QS. Al-Baqarah [2]:30-33)

Saya sendiri merasa sebenarnya judul di atas itu kurang tepat karena memang ayat-ayat di atas itu bukan benar-benar sebuah ramalan Al-Qur’an tentang manusia. Hanya saja, tetap saya gunakannya judul di atas karena saya melihat melalui ayat-ayat tersebut kita akan dapat memahami mahluk seperti apa manusia itu dan kita juga dapat menemukan prediksi akan seperti apa perjalanan peradaban umat manusia di bumi ini.

Ayat-ayat di atas adalah dialog singkat antara Allah dengan para malaikat ketika Allah hendak menciptakan manusia untuk pertama kali. Melalui ayat-ayat tersebut kita mendapati Allah meminta kita untuk mengingat kembali dialog tersebut yang tentunya agar kita mengambil pelajaran darinya. Ada hal-hal penting memang yang perlu kita perhatikan dari dialog tersebut, yang tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap cara kita memandang diri manusia dan cara kita memahami dan membaca arah jalannya peradaban umat manusia yang sedang dan akan terus berlangsung ini. Poin-poin penting yang perlu kita perhatikan dari dialog tersebut diantaranya:

Pertama, dari dialog itu kita tahu bahwa manusia memanglah mahluk yang dalam penciptaannya itu dirancang oleh Allah untuk menjadi khalifah di bumi. Mungkin sebahagian orang yang membaca ayat-ayat tersebut di atas dengan teliti akan cukup bingung mendapati keterangan yang menerangkan bahwa memang sedari awal penciptaannya, sebenarnya Adam as. dimaksudkan Allah untuk tinggal dan hidup di bumi. Padahal sebagaimana yang kita tahu juga dari beberapa keterangan bahwa Adam as. Allah maksudkan untuk menempati dan mendiami surga dan karena lantaran sebab pelanggaran yang telah dilakukannyalah yang kemudian membuat Adam terusir dari surga dan kemudian harus menghabiskan hidupnya di bumi.

Tentang hal tersebut tidak akan kita bahas di sini karena fokus bahasan kita di bagian ini akan lebih menyoroti tentang maksud Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Kata khalifah sendiri secara bahasa mempunyai arti “yang menggantikan”. Dan mungkin sah-sah saja jika sebagian orang kemudian mentafsirkan hal ini dengan menganggap manusia diciptakan Allah adalah sebagai pengganti atau yang menggantikan mahluk bumi sebelum manusia.

Namun jika kita membaca lagi dengan teliti dialog tersebut di atas dan juga membaca berbagai ayat lain yang menerangkan tentang manusia, menurut hemat saya, lebih berdasar jika kita mengartikan bahwa manusia diciptakan Allah sebagai “yang menggantikan” Allah di muka bumi. Dalam hal ini tentu bukan dimaksudkan agar manusia menjadi Tuhan di muka bumi, melainkan manusia itu diciptakan untuk menjadi wakil Allah dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian bumi. Manusia diciptakan Allah untuk menjadi pengatur, penata, pengelola, pemelihara dan pemimpin di atas bumi ini. Karena itulah kita mendapati manusia mewarisi sifat-sifat Allah dalam dimensi kemanusiaannya.

Amanat untuk menjadi wakil Allah di muka bumi inilah yang membuat manusia dibekali oleh Allah dengan akal dan hati. Yang dengannya itu manusia menjadi memiliki kemampuan untuk mengenali dan memahami apa yang Allah kehendaki untuk ia lakukan dan jalankan di atas bumi ini. Sebab tentu saja manusia tidak bisa dan tidak boleh menjalankan dan menerapkan sesuatu semaunya sendiri. Manusia memanglah harus mengatur, menata, mengelola, memelihara dan memimpin bumi ini sejalan dengan apa yang Allah kehendaki.

Selaras dengan ketetapan Allah yang merupakan sebuah syarat dari terciptanya keseimbangan dan harmoni di muka bumi ini. Dan sebagimana yang kita tahu, bahwa manusia adalah satu-satunya mahluk Tuhan yang mempunyai kemampuan untuk menterjemahkan kehendak Allah; menterjemahkan hukum-hukum Allah atas penciptaan ini serta menselaraskan segala sesuatunya menurut hukum itu. Kita tidak mendapati ada mahluk lain yang memiliki kemampuan seperti itu selain manusia.

Kedua, dari dialog di atas kita juga mengetahui bahwa manusia adalah mahluk yang mempunyai potensi merusak dan mempertumpahkan darah yang sangat besar. Tentu sangat beralasan ketika para malaikat mengajukan keberatan kepada Allah atas rencana-Nya menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Para malaikat memprediksi bahwa manusia hanya akan menjadi mahluk yang membuat kerusakan dan pertumpahan darah di atas bumi ini. Malaikat tahu bahwa manusia mempunyai potensi yang besar untuk mengingkari ketetapan Allah dan hidup menyimpang dari hukum-hukum-Nya. Sampai-sampai malaikat, walau tidak secara langsung, menawarkan diri kepada Allah agar mereka saja; mahluk yang memang mempunyai ketaatan yang tinggi dan tidak akan pernah menyimpang dan mengingkari ketetapan Allah itu yang menjadi khalifah di muka bumi.

Kekhawatiran malaikat atas rencana Allah untuk menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, tentu sangat beralasan dan logis. Kita pun tentu mengakui adanya potensi merusak yang hebat di dalam diri manusia itu. Di dalam diri setiap kita itu. Ya, memang ada potensi merusak yang amat besar di dalam diri setiap manusia. Manusia memiliki hawa nafsu dan keserakahan yang sangat mungkin untuk membuat bumi ini hancur sehancur-hancurnya. Jika manusia menyalah-gunakan kecerdasan akal yang diberikan Allah itu hanya untuk memuaskan ego dan nafsunya sungguh memang tidak terbayakan kerusakan yang dapat ditimbulkanya di atas bumi ini. Hal ini haruslah kita akui dan sadari keberadaannya.

Sebenarnya dapat kita katakan potensi negatif dalam diri manusia; kecenderungannya untuk mengingkari kehendak Allah dan membuat kerusakan di bumi, itu adalah bagian dari instrumen yang Allah adakah agar manusia memiliki rasa yang kuat atas kebenaran. Kita harus tahu bahwa meskipun malaikat adalah mahluk yang dapat disebut tidak akan pernah menyimpang dari kebenaran yang telah Allah tetapkan, tapi malaikat itu tidak akan dapat memiliki rasa yang kuat atas kebenaran itu. Karena malaikat tidak mempunyai pembanding di dalam dirinya yang membuatnya akan mengenal dan merasa dengan kuat atas kebenaran itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun