Tak Sepenuhnya Benar Menjelang Idul Fitri Ibadah Berkurang
Ketika sejumlah masjid di Jakarta pada penghujung Ramadan yang menjalani ibadah shalat sunah Tarawih berkurang, sebagian umat Muslim maklum. Sebab, sebagian warga Jakarta kebanyakan mudik dan sebagian lainnya sibuk di pusat perbelanjaan.
Betul para ibu rumah tangga sibuk karena menyiapkan kue, ketupat, memasak rendang untuk berbagi sesama kerabat dan menyambut tamu. Betul sebagian warga Jakarta mudik ke kampung halaman dan juga tak dapat dibantah sebagian besar ikut meramaikan pasar.
Stigma berkurangnya jumlah umat yang melaksanakan ibadah di masjid saat menjelang akhir Ramadan tidak betul seluruhnya. Realitasnya, pada Jumat (23/6) ini sejumlah pusat perbelanjaan seperti di kawasan Pasar Rebo, orang banyak yang tengah berbelanja masih mampu melaksanakan shalat Jumat.
Belanja untuk persiapan menyambut hari bahagia, hari kemenangan Idul Fitri tetap dilakukan tanpa mengurangi ibadah. Kenapa bisa demikian?
Hal ini tak lepas dari kepedulian pihak jajaran manajemen pusat perbelanjaan bersangkutan. Saat menghadapi shalat Jumat, sekitar Pukul 11.00 WIB, seorang petugas mengumumkan lewat pelantang suara bahwa karyawan dan pelanggan dapat melaksanakan shalat Jumat di Masjid At Taqwa, yang dibangun dan disediakan untuk warga muslim setempat.
Meski bangunan masjid tersebut sangat sederhana, mampu menampung Jemaah sekitar 300 orang, sangat membantu bagi karyawan dan pelanggan untuk tetap melaksanakan ibadah wajib. Terutama shalat lima waktu dan tarawih.
Usai shalat Jumat, imam memberi bimbingan zikir lalu disusul doa penutup. Tatkala Jemaah bubar, mulai nampak para karyawati mendatangi Masjid At Taqwa. Mereka bergantian untuk melaksanakan shalat zuhur. Ibadah bagi karyawan tak terganggu meski saat itu pengunjung tengah padat, ramai dan membutuhkan pelayanan prima.
Sebab, sehebat apa pun seorang penguasa, bagaimanapun tinggi dan besar kekuasaan yang sedang digenggamnya, akan terasa hina bila berhadapan dengan kebesaran Yang Maha Kuasa. Ia harus sadar bahwa kekuasaan yang digenggamnya, tidak lain adalah anugerah-Nya kepadanya buat sementara waktu saja. Bila tiba waktunya di mana kekuasaan berakhir.