Seorang pedagang pohon di pameran Flora dan Fauna, Lapangan Banteng, Jakarta, menunjukkan kebolehannya dalam merawat sejumlah pohon yang kemudian ditawarkan kepada pengunjung. Harganya memang bervariasi. Pengunjung pun tertarik. Meski harganya tergolong mahal, pohon tetap dibeli.
Berdirinya Boedi Oetomo (1908) juga menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari kolonial Belanda. Sebab, organisasi modern tersebut ikut mempertebal rasa nasionalisme kebangsaan melalui penguatan pendidikan di kalangan generasi muda.
Itu artinya, nasionalisme terus-menerus dirawat dan "disirami" melalui penguatan pendidikan.
Karenanya, di kemudian hari, perjuangan Boedi Oetomo, Dokter Wahidin Soedirohoesodo dan Dokter Soetomo dapat berlanjut dengan lahirnya Soempah Pemoeda (1928). Muara dari perjuangan keras tersebut adalah lahirnya Proklamasi 17 Agustus 1945.
Lalu, bagaimana dengan Proklamasi? Bangsa ini telah berketetapan hati, menyatakan komitmennya bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai harga mati, tak dapat ditawar dalam kondisi dan keadaan apapun.
Peringatan hari Kebangkitan Nasional harus diakui dirasakan makin penting. Pasalnya, ancaman dan tantangan bagi keutuhan negeri ini harus disikapi dengan tegar.
Bangsa ini harus kuat karena dampak negatif dari kemajuan tekonologi digital demikian hebat. Belum lagi ancaman radikalisme dan terorisme harus dihadapi bersama.
Di era sistem digital, yang ditandai hadirnya transformasi produk media seperti e-book, internet, koran digital, e-library, e-shop telah membawa dampak tersendiri akan kemajuan teknologi digital.
Manfaatnya pun amat besar. Namun di sisi lain telah memunculkan kekerasan dan pornografi yang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negatif kemajuan teknologi ini.