Haji 2017 | Jangan Ada Rasa Sombong Karena Bayar Ongkos Haji Mahal
Di dalam lift sebuah hotel di kawasan Bogor, tiba-tiba air mataku mengalir. Beruntung tak banyak orang, sehingga rasa malu menangis sendiri tidak dicap sebagai orang gila. Menangis saat itu bukan lantaran tersakiti oleh seseorang, atau menghadapi beratnya persoalan hidup, apa lagi gembira karena mendapat rezeki duit segepok.
Tidak. Bukan itu. Aku menangis lantaran mendengar pembacaan talbiah yang digaungkan para peserta manasik haji di hotel bersangkutan. Cuma itukah penyebabnya aku menangis? Cengengkah aku?
Berulang-ulang kalimat talbiyah yang kuhafal itu terdengar. Labbaikallaahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbarika, innal hamda wan-ni'mata laka wal-mulka laa syariika laka.
Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.
Sesampainya di lantai dasar hotel, mataku jelalatan mencari sumber suara pembawa bacaan talbiyah tadi. Kutemukan, memang benar ada puluhan orang tengah mengenakan pakaian ihram di tengah lapangan hijau. Mereka itu tengah memantapkan bacaan dan praktek ritual ibadah haji. Barulah kusadari, musim ibadah haji kini sudah diambang pintu. Pada musim haji 2017 ini sekitar 221 ribu warga Indonesia akan segera menunaikan rukun Islam kelima ini.
Bagi umat Muslim, ibadah haji adalah puncak ritual tertinggi. Ibadah ini sangat dinantikan karena harus memenuhi persyaratan istita'ah, mampu dari sisi fisik, ilmu (pengetahuan ibadah haji) dan finansial. Karena itu, mulai pekan ini para calon haji (disingkat Calhaj) makin meningkatkan kemampuan dan pemahamannya dalam manasik haji.
Tidak kalah sibuknya, para anggota keluarga mereka menyiapkan penyelenggaraan walimatus safar. Meski kegiatan ini tak punya kaitan dengan ibadah haji itu sendiri, banyak di antara anggota keluarga kita menyelenggarakannya. Calhaj mengundang kerabat dan para tetangga dalam acara pamitan untuk perjalanan ibadah haji. Biasanya disertai permohonan maaf diisi diisi ceramah (taushiyah) terkait ibadah haji.Â
Saya tak punya data tentang berapa banyak anggota jemaah haji Indonesia yang berusia lanjut (Lansia), latar belakang pendidikannya, asal usul dari daerah mana, hingga komposisi jumlah lelaki dan perempuan. Yang jelas, warga Indonesia sebanyak 221 ribu dalam waktu singkat, secara bertahap menggunakan pesawat, akan pindah ke Tanah Suci selama musim haji.
Mereka ini rata-rata berada di Saudi Arabia sekitar 40 hari, sementara bagi petugas dan tenaga musiman yang membantu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan berada di sana selama 65 - 74 hari. Wah, luar biasa. Ini bukan pekerjaan mudah memindahkan manusia dalam jumlah besar dari berbagai strata sosial.
Jika dibandingkan memindahkan anggota militer dalam menghadapi medan pertempuran, boleh jadi hal ini lebih mudah. Sebab, memobilisasi orang dalam jumlah besar dengan latar-belakang dan perbedaan, termasuk status sosial beragam tentu akan jauh lebih sulit. Untuk militer, bisa dilakukan dengan satu komando. Anggotanya pun punya pemahaman seragam tentang tugas dan fungsinya.