**
Rekan penulis yang akrab di kalangan warga ini memang punya wawasan luas dalam urusan perjandaan. Tapi, jangan cepat-cepat punya pikiran minor kepadanya. Pergaulan dengan para janda tidak bermaksud mengganggu rumah tangga orang lain. Ia tetap menjaga integritas, Â seluruh anggota keluarganya dan orang sekitar terjaga dalam suasana harmonis.
Dalam suatu obrolan, lagi-lagi rekan penulis ini berucap, kalau di dekat rumahnya itu disebut janda apa?
Dengan spontan ia menjawab. Oh, kalau itu janda "biru".
Alasannya apa disebut janda "biru".
Lagi-lagi ia dengan spontan menjawab, disebut demikian karena rumahnya berwarna biru. Kediaman sang janda, rumahnya lebih dominan dengan warna biru.
Penulis pun lalu tertawa bersama.
Nah, penulis mengajukan pertanyaan lagi. Menanyakan dua janda di gang sebelah sana, masih tak jauh dari kediamannya.
Dengan spontan pula, ia menjawab, yang paling ujung di jalan sana itu adalah janda "senior". Dan yang dekat sini, janda "guru".
Disebut janda "senior" karena sudah lama hidup menjanda. Sedangkan janda "guru", ya karena yang bersangkutan seorang guru. Gitu alasannya.
Dan, kembali penulis tertawa bersama.