Â
Dalam waktu dekat pentolan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab kabarnya akan kembali ke tanah air.
Kita pun, apa lagi para pendukung, sangat berkeyakinan bahwa sekali ini kepulangannya bukan berita bohong (hoax). Media massa (sosial) pun demikian ramainya memberitakan rencana kepulangan Habib Rizieq.
Manusia yang dipegang adalah kata-katanya. Tegasnya lagi, jika kerbau dipegang orang adalah tali pada hidungnya. Nah, untuk manusia yang dipegang adalah omongannya.
Jadi, berita kepulangan Habib Rizieq itu dari perspektif Islam bukan sekedar dimaknai yakin (dipercaya), tetapi sudah menjadi haqqul yakin. Yaitu, keyakinan yang didasari bukan pada omongan belaka tetapi sudah berdasarkan ilmu.
Insyaallah kalau tidak ada halangan, antara akhir bulan ini atau awal bulan depan yaitu bertepatan dengan bulan Maulid Nabi, kata salah satu petinggi FPI, Novel Bamukmin, seperti dilansir JPNN.com, Senin (26/10) malam.
Nah, saking yakinnya, para pendukung organisasi kemasyarakatan (Ormas) itu memaknai bahwa kepulangan Habib Rizieq  akan mengubah kondisi negeri lebih baik bersama pimpinannya. Hal ini mengingat Habib Rizieq sering mengatakan prihatin dengan kondisi di tanah air dewasa ini.
Berpegang pada pemahaman seperti itu para pendukungnya mengeluarkan pernyataan akan memberi sambutan dengan suka-cita. Imbauan menyambut itu juga digaungkan ke media massa dengan harapan seluruh umat Islam ikut ambil bagian.
Lagi-lagi, pernyataan itu tentu saja menambah keyakinan akan kesungguhan para pendukung Habib Rizieq.
Demikian juga pernyataan bahwa Habib Rizieq pulang akan mengobarkan revolusi -- yang kemudian menimbulkan perdebatan dan polemik di media massa -- adalah salah satu gambaran bahwa ia akan membuat gebrakan sekaligus mengajak pendukungnya merapatkan barisan.
Jika kita cermati, memang pernyataan itu terkesan lebay. Seperti diungkap Kapitra Ampera, politisi PDI Perjuangan. Terlebih lagi pendukungnya dengan penuh semangat memasang baliho di berbagai persimpangan jalan. Pokoknya terkesan 'hebring'.