Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puteriku Tidak Bisa Masak

25 Oktober 2020   22:20 Diperbarui: 25 Oktober 2020   22:25 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kami, sekeluarga bersama cucu ketika rekreasi. Foto | Dokpri

Dulu, ketika masih kecil, penulis pernah dengar ucapan nenek menasihati ayah bahwa bila memiliki anak perempuan tidak perlu disekolahkan sampai tinggi.

Cukup sekolah dasar (SD) dan selanjutnya dikirim ke pondok pesantren untuk menimba ilmu agama. Setelah selesai pendidikan di pondok, selanjutnya banyak belajar memasak di rumah.


Toh, kalau sudah dewasa, anak gadis itu akan dipinang atau dijadikan isteri. Ia akan hidup melayani sang suami, selanjutnya mendidik anak.

Rupanya nenek berfikir, anak perempuan yang dikirim ke pondok pesantren hanya belajar ilmu agama "tok". Ngaji dan belajar sholat.

Realitasnya, kini, jika dilihat anak yang dikirim ke pondok kualitas pemahamannya terhadap ilmu sosial dan lainnya tak kalah dengan anak-anak yang belajar di sekolah negeri.

Itulah pemahaman nenek yang masih "kolot".

Jika pandangan nenek dipakai sekarang, sudah pasti ia bakal tercengang. Sebab, banyak anak perempuan punya pendidikan bagus dan menduduki posisi tinggi. Perempuan berpendidikan baik mampu mengalahkan kaum "adam" yang malas belajar.

Ketika di Thailand
Ketika di Thailand

**

Penulis punya dua anak:. Anak pertama perempuan dan kedua lelaki. Keduanya memiliki nama cukup panjang. Anak pertama Indah Kirana Sukmawati Gunawan Syafei. Kedua, Andri Ganesa Daksa Utama Gunawan Syafei.

Tentu ada alasan mengapa mereka dinamai demikian panjang. Pembahasannya bisa panjang pula. Tetapi yang jelas, nama yang diberikan kepada anak merupakan doa orangtua. Dan, ada alasan lain bagi penulis, yaitu agar gelar "darah biru" tak ikut dicantumkan oleh kakeknya, sekaligus memutus mata rantai pemberian gelar "feodal".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun