Sungguh mengagetkan Imam Besar Fron Pembela Islam Habib Rizieq mengeluarkan pernyataan terkait pengangkatan Iman Brotoseno sebagai Direktur Utama TVRI.
Awalnya penulis menduga-duga pentolan FPI sudah berada di tanah air sehingga ikut campur urusan pengangkatan seseorang untuk jabatan tertentu.
Eh, tak tahunya, ia mengeluarkan pernyataan kekhawatirannya terhadap Dirut TVRI yang baru itu. Hal itu terkait dengan catatan yang dimiliki Imam Brotoseno. Rekam jejak Iman salah satunya tercatat sebagai kontributor majalah dewasa Playboy Indonesia.
Jika mengingat majalah itu, tentu saja sang imam ini punya catatan. Kita pun masih ingat betapa hebatnya pasukan aksi FPI menggeruduk kantor Playboy Indonesia pada 2006. Poin penting mengapa kantor tersebut diobrak-abrik, ya karena menyebarkan pornografi.
Sekarang, Imam oleh Dewan Pengawas (Dewas) TVRI sudah diangkat sebagai direktur. Loh, kenapa Habib jadi “sewot” dan merasa khawatir?
Di sini titik soalnya. Ya, tentu saja organisasi kemasarakatan (Ormas) ini punya kepentingan. Yaitu, menghancurkan institusi yang dianggap dapat menyebarkan pornografi. Terlebih lagi Indonesia sudah punya UU Pornografi Nomor 44 tahun 2008. UU ini disahkan menjadi undang-undang dalam Sidang Paripurna DPR pada 30 Oktober 2008.
Seperti disebut pesan singkatnya yang disampaikan kuasa hukum Damai Hari Lubis, Habib Rizieq mempermasalahkan rekam jejak Iman sebagai kontributor majalah dewasa Playboy Indonesia.
Ia khawatir materi siaran di televisi berplat merah itu mengedepankan acara tidak senonoh. Lagi pula tidak ada jaminan figur yang seperti itu akan menyuguhkan tontonan bermanfaat. Karenanya pula Rizieq mengaku heran sosok seperti Iman bisa diangkat jadi pimpinan televisi publik.
Penulis tak ingin ikut campur atau mengomentari keputusan Dewan Pengawas TVRI mengangkat Imam Boroteso sebagai pengganti dirut sebelumnya, Helmy Hahya. Biarlah itu menjadi urusan internal. Dan, lagi pula perseteruan Helmy dan Dewas kini tengah bergulir di meja hijau.
Kita hanya berdoa, moga-moga TVRI ke depan makin baik. Terpenting, kesejahteraan karyawan dan wartawannya membaik. Itu saja. Titik.
Namun, urusan apa Habib Rizieq ikut campur pada lembaga siaran publik itu?