Muka tidak lagi harus cemberut. Menulis tidaklah harus serius melulu. Santai saja dan jangan kecewa kala hasil tulisan, buah karya kita, tak banyak dibaca banyak orang.
Semangat menulis haruslah ditanamkan dalam hati. Jangan terlalu berharap dapat bayaran besar. Apa lagi di era reformasi dan era digital sekarang ini, tulisan dari bergaya populer hingga serius hadir di berbagai media sosial.
Tulisan karya ilmiah pun ikut meramaikan media sosial, dengan kategori humaniora, sosial, politik hingga keagamaan. Karya tulisan jurnalistik kenabian pun ikut meramaikan. Jadi, ya serba kumplit.
Nah, lalu apa hubungannya menulis dengan Kopi Dalgona, yang belakangan ini tengah viral dan digemari banyak orang.
Ya jelas punya kaitan erat, dong?
Wuih, gitu, ya! Apa benar atau tidak, terserah deh penilaian pembaca. Tapi yang jelas tuilisan seseorang akan terasa enak dibaca selain penulisnya menguasai materi yang jadi pokok bahasan juga penguasaan bahasa harus baik sebagai alat komunikasi.
Teknik penulisan pun patut dikuasai tentunya. Tapi, itu tak terlalu penting. Sebuah karya tulis, yang jelas, akan menjadi baik bila penulisnya merasa nyaman. Perut kenyang hatinya pun senang. Hehehehe... di sini pentingnya.
Nah, ini pengalaman berharga penulis dalam sepekan. Produktif sih dan mampu setiap hari membuat tulisan di Kompasiana. Meski tingkat pembacanya belum menggembirakan, tapi pokoknya tulisan itu membawa manfaat bagi orang banyak. Ide telah dituangkan dan tinggal pembaca menilainya.
Begini. Tentu para ibu rumah tangga sudah banyak menerima informasi seputar Kopi Dalgona. Beritanya memang tengah viral di media sosial dan WAG. Lantaran penasaran, lalu informasinya diperdalam. Hasilnya, termotivasi untuk segera mencoba.