Kekuatan Mangkok Merah yang Masih Dihormati
Rasa ingin tahu demikian besar di dalam hati. Pada waktu-waktu senggang penulis berkeliling wilayah dari satu kabupaten ke kabupaten lainnya. Seorang diri, mengendari mobil. Dan jika lelah, ya mengambil istirahat di kedai kopi sambil menyapa beberapa penduduk lokal.
Tentu saja ngobrol, panjang lebar dan tak berujung. Dari sini, penulis sering kali mendapatkan isu aktual tentang berbagai hal yang terjadi di Kalimantan Barat.
Wilayah paling sensitif dari sisi pemerintahan dan selalu menjadi perhatian publik adalah perbatasan RI -- Malaysia, Entikong dan Tebedu. Orang bilang, jika di situ ada jarum jatuh, pasti petinggi di Jakarta akan memberi perhatian. Itu umpamanya saja.
Tapi, realitasnya, memang perbatasan wilayah negara selalu jadi sorotan sejak zaman Orde Baru hingga Reformasi.
Kalimantan Barat punya wilayah yang langsung terhubung dengan Serawak. Dan, kala itu hanya satu pintu resmi yang diakui kedua negara, Yaitu Entikong -- Tebedu. Wilayah lain, masih berupa jalan tikus dan sering kali dimanfaatkan sebagai jalur penyelundupan antarnegara.
Kini, Kementerian Dalam Negeri telah membentuk Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) RI. Pengawasan orang dan barang antarnegara makin tertata baik.
Nah, dalam perjalanan pulang dari Kuching, Serawak, Malaysia, biasanya penulis bermalam di perbatasan, yaitu kota Balai Karangan. Tapi pada saat itu langsung meluncur ke Ngabang, ibukota Kabupaten Landak.
Saat berada di kota itu, penulis menyaksikan sebuah kecelakaan. Senggolan antarpemuda kala menaiki motor. Tapi, yang menariknya, dari peristiwa itu kumpulan orang dari hitungan jari cepat berkembang menjadi ratusan. Bahkan terakhir menjadi ribuan.
Kata orang setempat, ini pasti ada faktor eks. Lalu, penulis mencari tahu? Terjawab sudah, eks yang dimaksud adalah Mangkok Merah.
Bagi warga yang bermukim di Kalimantan Barat pasti tak asing dengan sebutan Mangkok Merah. Dapat dipastikan mereka paham bahwa yang dimaksud mangkok merah bukan berupa sebuah mangkok berwarna merah.