Sangat mengganggu. Mau shalat lima waktu, bayangan wajah Ustaz Abdul Samad - biasa disebut UAS - muncul. Mau tidur, eh ingat juga wajah sang ustaz ini. Padahal saya tak pernah bertegur sapa, cuma melihat wajahnya lewat televisi ketika tengah memberi tausiyah.
Kok diri ini jadi terbayang melulu wajah sang ustaz kondang ini. Lantas, penulis membandingkan diri ini ketika jatuh cinta dengan mantan pacar yang kini jadi isteri setia. Rasanya, kok tidak seperti itu. Bayangan UAS demikian melekat di benak penulis.
Terlebih kala namanya disebut-sebut media sosial terkait ucapannya bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan) dan disebut-sebut sang ustaz tak memahami perasaan sesama saudara. UAS telah menghina penganut agama samawi lainnya, Kristen.
Oh, Pak Ustaz yang saya hormati.
Kini makin kuat ingin berjumpa dengan UAS. Ada apa sih, sehingga kini warga di seantaro jagat membicarakan dirinya? Makin khawatir pula masalah yang membelitnya kini bagai "bola salju" menggelinding di rumput hijau makin membesar.
Andai saja bola yang tengah dipermainkan tim nasional menghadapi kesebelasan asing, kita sering dianjurkan memberi doa agar tim kesayangan bisa meraih kemenangan. Tapi, kasus yang membelit diri sang ustaz terus menggelinding dan tak bisa dibendung.
Ibarat pertandingan antarkesebelasan, bola liar sangat dinanti. Bisa jadi jika wasit berat sebelah, maka bola bersangkutan ditendang dan menghasilkan gol. Nah, jika gol itu terlahir dari sebuah pertandingan sepakbola, semua bisa memahami. Tapi jika gol tersebut dimaknai sebagai tujuan memecah belah bangsa, wuih ini yang perlu diantisipasi.
Penulis sangat berharap masalah yang dihadapi sang ustaz ini cepat reda. Sebab, kita khawatir satu kata menyakiti umat akan membuat goresan di hati yang sulit dihapus demikian saja.
Kita bolelah mengambil "kaca" dari kasus ulama berdarah India, Zakir Naik. Beberapa waktu lalu ia berucap etnis China harus hengkang dari Malaysia dengan berbagai alasan. Belakangan ia malah menuding media setempat telah memutarbalikkan ucapannya. Di sini, terkesan sang ulama tengah menjadikan media massa sebagai "kambing hitam".
Penulis pun berupaya mencari tahu mengapa Ustaz Abdul Samad mengeluarkan pernyataan yang menyebabkan saudara kita dari umat Kristen tersakiti. Hingga kini, dalam berbagai ceramahnya UAS hanya mengatakan bahwa pernyataan itu sudah tiga tahun silam di sebuah masjid.
Lalu, UAS bertanya, mengapa baru sekarang dimasalahkan? Pernyataan itu adalah bagian ketika ia memberi jawaban terhadap seseorang mengenai simbol agama Kristen.