Tepuk tangan meriah tamu undangan seusai Vinna membawakan tarian Lenggang Nyai pada malam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) RI k-74, untuk tingkat RT007/RW01 Kelurahan Ceger, Cipayung Jakarta Timur, Sabtu malam.
Meski gadis kelas enam Sekolah Dasar (SD) menari pada tingkat RT, tampilannya sungguh luar biasa. Andai saja ia tampil pada event nasional, boleh jadi Vinna akan mendapat apresiasi lebih besar lagi. Mengapa? Ya, karena penontonnya hanya memahami bahwa Vinna menari sekedar memeriahkan perayaan hari kemerdekaan. Itu saja. Titik.
Untuk memerankan tarian tersebut Vina dapat bimbingan dari ibunya sendiri. Warga setempat memanggilnya Ibu Puteri.
"Tarian ini memang sudah langka. Kebetulan Vinna mau berlatih menari tarian khas Betawi," ungkap Ibu Puteri ketika dijumpai penulis, Sabtu malam.
Ibu Puteri pun merasa bersyukur bahwa puterinya dapat melestarian tarian langka itu. Inilah KeunggulanOrangIndonesia yang ada pada diri Vinna. Dan untuk menyukseskan tampilannya pada malam itu, ia dapat dukungan kostum dari kelompok kesenian khas Betawi, Mpok Nori.
Dalam literatur dialek Betawi, lenggang  diartikan sebagai ayunan tangan ketika berjalan, tidak membawa beban apa-apa (dalam perjalanan), liuk tubuh ke kiri dan ke kanan ketika berjalan, tingkah laku, perbuatan.
Sedangkan nyai bisa berarti nenek, ibunya orangtua, gundik, istri piaraan, panggilan kepada anak perempuan, neng, upik, nyak, ibu, nenek. Wikipedia menyebut  nyai berasal dari sebutan umum di Jawa Barat, khususnya bagi wanita dewasa. Di sisi lain, kata ini memiliki konotasi lain pada zaman kolonial Hindia-Belanda. Pada saat itu nyai berarti gundik, selir, atau wanita piaraan para pejabat dan serdadu Belanda.
Tapi, tentu tidak dimaksudkan bahwa tarian Lenggang Nyai punya pertalian erat dengan artis Nikita Mirzan yang dalam tayangan di layar televisi dipanggil sebagai nyai. Apa lagi punya konotasi lain seperti pada zaman kolonial Hindia-Belanda.