Lebaran Betawi 2019 nggak aci. Kalo ane punya duit banyak, kesenian nyang penting-penting harusnye ngikut. Coba liat, siape yang nggak tau tuh tarian topeng Betawi. Ude beken, terkenal. Eh, kok nggak ikut keriaan Lebaran Betawi 2019. Pasti ade ape-apenye?
Demikian protes Bang Muis, salah seorang warga pinggiran Betawi di kawasan Kelurahan Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, terkait acara Lebaran Betawi yang digelar di kawasan Monas.
Sebelum itu Muis menjelaskan apa sih yang dimaksud "nggak aci" itu? Penulis Kamus Dialek Jakarta, Abdul Chaer mendifinisikan aci artinya sah, benar. Misalnya kerjaan lu kage benar, jadi kudu diulang.Â
Aci bisa pula berarti kanji, pati. Nah, karena didahului kata nggak, maka bermakna Lebaran Betawi itu kudu diulang lantaran tidak sah, tidak tepat atau tidak benar.
Kata keriaan sudah langka digunakan masyarakat ibu kota. Biasanya, orang Betawi menyebut acara perkawinan, khitanan disebut sebagai acara keriaan lantaran dimeriahkan dengan acara dangdutan.
Jadi, kata Muis, keriaan Lebaran Betawi 2019 nggak aci. Mengapa? Ya, lantaran ada satu kesenian tradisional Betawi yang sudah beken tidak disertakan. Kesenian apa itu? Ya, kesenian tradional Tari Topeng Betawi.
Untuk itu ia minta kepada penulis melihat jadwal acara selama Lebaran betawi 2019. "Mata acaranye sih keren-keren, cuma Tari Topeng nggak ade?" kata Muis dengan mata melolot diarahkan kepada penulis. Pokoknya nggak aci. Ini sama saja dengan orang mau sembayang tapi nggak punya wudhu.
"Ya, batal lah," katanya lagi.
Lantaran kita baru selesai Pilpres, tema festival ini disesuaikan dan mengambil tema 'Dengan Budaye Kite Perkokoh Persatuan dan Kesatuan Indonesia'. Ayo, kite jage kerukunan di lingkungan masing-masing.
Sekretaris Daerah Pemprov DKI Jakarta Saefullah seusai membuka acara tersebut mengatakan, boleh jadi acara ini bagi orang dewasa biasa-biasa saja. Tapi tidak bagi anak kecil. Malah justru menjadi sesuatu yang luar biasa.
Nampak hadir Wali Kota Jakarta Pusat Bayu Meghantara dan Wakil Ketua Umum Badan Musyawarah (Bamus) Betawi, Rahmat HS. Helatan Lebaran Betawi 2019 yang pertama kali digelar di Monas itu, kata Rahmat, diharapkan dapat menjadikan budaya Betawi makin terkenal.
Namun, lokasi penyelenggaraan Lebaran Betawi 2019 harus dipindahkan ke Silang Monas Barat lantaran di Setu Babakan sulit diakses.
Area Setu Babakan selalu padat dan macet saat Lebaran Betawi digelar. Apalagi pada 2017, saat Presiden Joko Widodo menghadiri acara tersebut. Warga yang tinggal di sekitar Setu Babakan protes kepada lurah dan camat setempat karena mereka kesulitan keluar-masuk rumah.
Menariknya, Lebaran Betawi kali ini bakal dimeriahkan dengan parade budaya. Parade budaya ini disebut sorendo-rendo. Ketua Panitia Lebaran Betawi M Rifqi mengatakan, sorendo-rendo akan digelar pada hari terakhir penyelenggaraan Lebaran Betawi, Minggu (21/7/2019), pukul 06.00-10.00 WIB.
"Gelaran hari ketiga ini turut dimeriahkan dengan acara puncak, yaitu sorendo-rendo, karnaval budaya nusantara," ujar Rifqi melalui siaran pers resmi Pemprov DKI Jakarta, Kamis (18/7/2019), seperti dikutip Kompas.com.
**
Jika melihat jadwal yang tercatat di panitia, terlihat beberapa kesenian yang dijadwalkan. Berikut jadwal penampilannya: 08.00 - tanjidor dan ondel-ondel 08.30 - marawis 09.00 - gambus 09.30 - palang pintu 10.30 - gambang kromong 11.30 - tarian betawi 12.00 - lomba silat seni tradisional Betawi 13.00 - orkes Melayu 14.00 - grup musik Opelet Robet 17.00 - rebana biang 19.00 - lenong 21.30 - pemutaran film di layar tancap (batal). Di situ, tak ada Tari Topeng Betawi dicantumkan.
Sejatinya, Tari Topeng Betawi masih eksis. Penggemarnya pun masih banyak. Catatan penulis, warga pinggiran seperti di kampung Cikuda, tak jauh dari kawasan Cikeas, Kabupaten Bogor, grup kesenian tersebut sering tampil. Grup kesenian yang dibintangi Mandra dan kawan-kawan itu sering tampil di Cikuda.
Kehadiran kelompok kesenian ini selalu dinanti oleh warga setempat. Sebelumnya memang tokoh masyarakat Cikuda (keluarga besar Pak Anim dan Anang) selalu mengundang mereka ketika punya acara keriaan pesta pernikahan. Alasan pokok mengundang kelompok itu adalah sebagai komitmen menjaga kelestarian kesenian Betawi.
Padahal, warga Cikuda kebanyakan menggunakan bahasa Sunda dan dialek Betawi dalam kesehariannya. Kendati begitu, mereka punya kepedulian dengan kesenian Betawi yang satu itu.
Karena itu, tak heran Bang Muis melancarkan kritik Lebaran Betawi nggak aci. Ia berharap kesenian tradisional Tari Topeng Betawi dapat disertakan pada festival berikutnya.
"Gue nggak ngerti kalau kesenian ntu dilupain," ungkap Bang Muis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H