Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Maknai Haji sebagai Ibadah Irasional

6 Juli 2019   08:02 Diperbarui: 8 Juli 2019   05:42 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di kawasan Tawaf, Masjidil Haram, masih lengang sebelum musim haji 2019. Foto | Dokpri

Orang pinggir Betawi bertanya kepada teman sebelah dalam suatu obrolan. Katanya, ngapain mengumpulkan uang berlama-lama dan setelah terkumpul digunakan pergi haji? Apa yang didapat orang berhaji; kecuali rasa lelah, dan uang habis pula. Bahkan di sana ada yang wafat?

Ngapain pergi haji? Lebih baik mengumpulkan uang untuk modal usaha. Jelas hasilnya? Bisa jadi orang kaya, kan?

Irasional memang. Coba perhatikan, Indonesia dalam sejarah perhajian pada 2019 ini -- sesuai kuota yang diberikan Pemerintah Aran Saudi -- memberangkatkan jemaah terbanyak di dunia. Tercatat 231.000 orang dan akan diberangkatkan secara bertahap mulai pekan pertama Juli 2019.

Bacaan talbiyah, selalu dibaca jemaah haji dan umrah. Foto | Hamparan
Bacaan talbiyah, selalu dibaca jemaah haji dan umrah. Foto | Hamparan

Disebut irasional lagi bahwa untuk memberangkatkan jemaah sebanyak itu bukan pekerjaan mudah. Bila Indonesia memberangkatkan pasukan tempur dalam jumlah yang sama tentu lebih mudah. Mengapa? Ya, karena memberangkatkan pasukan terlatih lebih mudah karena terikat dalam satu organisasi, berdisiplin, punya strata pendidikan sama dan mampu digerakan karena adanya satu komando.

Berbeda dengan ibadah haji. Jemaah haji itu pendidikannya tak merata. Suku, budaya dan bahasanya berbeda. Stratanya berbeda mulai pendidikan sekolah dasar hingga doktor dan profesor, usia dan kesehatannya.

Ada jemaah ketika berada di pesawat harus diperlakukan seperti bayi karena berbagai hal. Karena itu untuk keberangkatannya perlu pengorganisasian yang mantap, mulai pendaftaran, pemberangkatan hingga pelayanan selama berada di Tanah Suci.

Ramai. Salah satu kegiatan sebelum berangkat haji adalah walimatusafar seperti di Masjid At Taubah, Jakarta ini. Foto | Dokpri
Ramai. Salah satu kegiatan sebelum berangkat haji adalah walimatusafar seperti di Masjid At Taubah, Jakarta ini. Foto | Dokpri
Sohibil bait, tuan rumah, Bapak Dasman tengah memberi sambutan di Masjid At Taubah, Sabtu. Foto | Dokpri
Sohibil bait, tuan rumah, Bapak Dasman tengah memberi sambutan di Masjid At Taubah, Sabtu. Foto | Dokpri
Menyaksikan orang pergi ibadah haji memang kerap diri kita selalu dililit pertanyaan seperti di atas. Sekali lagi, ngapain loh pergi jauh-jauh, capek dan menghabiskan duit?

Jawabnya, lantaran mereka -- para jemaah itu -- memenuhi panggilan Allah. Karena itu, orang yang menunaikan ibadah haji disebut sebagai tamu Allah. Mereka pergi karena iman.

Sejak lama ibadah ini dikaitkan dengan akal manusia. Nabi Ibrahim, yang kemudian dikenal sebagai pembawa ajaran monotoisme, pun demikian berat menghadapi godaan syaitan ketika mendapat perintah Allah yang menurut logika sulit diterima akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun