Dalam kehidupan, ada tiga kalimat yang tidak patut ditinggalkan. Apa lagi dilupakan. Yaitu: terima kasih, mohon maaf dan apa yang bisa saya bantu.
Jika Anda punya peluang untuk berbuat baik, segerakanlah. Jangan pikir panjang. Sebalinya jika berbuat jahat, maka berfikirlah dengan panjang.
Orang bijak dapat dipastikan akan memikirkan perkembangan anaknya. Ia selalu memikirkan pengaruh buruk bagi anaknya. Dengan begitu, orang bijak dapat bahagia lantaran ia mampu melihat diri dan anaknya punya masa depan yang baik dan berguna bagi masa depan.
Ulama menyebut orang berpuasa dekat dengan malaikat dan cara meraih rejeki tak terduga. Mengapa? Karena puasa menjadi terapi bagi yang menjalani . Ada butiran pelajaran yang baik dan berguna di balik puasa, Â apa lagi kita percaya sehabis hujan tampak pelangi. Ada permata di balik air mata.
Dalam menjalani kehidupan, hindari selamanya seperti air. Akan lebih elok dan indah seperti udara. Mengapa? Karena udara memasuki segala wilayah dan bermanfaat ke atas dan ke bawah.
Kini terasa aneh dirasakan di jagat publik. Â Ada suara tak ada rupa. Ia dikenal sebagai pembisik Prabowo Subianto. Terdengar sayup di telinga rakyat, tolak imbauan kubu Joko Widodo untuk tanam pohon kebaikan. Alasannya, karena hasilnya bukan untuk rakyat ke depan, tetapi bikin catatan buruk bagi Pilpres 2019.
Pembisik itu senyatanya tidak takut dengan ajal. Pelajaran Ramadan tak dipetiknya. Padahal perbuatannya telah mempersingkat kematian sendiri karena telah menggali kesulitan sebagai kuburannya.
Manusia macam pembisik setan itu memang tak pandai melihat. Dan kita pun kini tahu karena melihat yang diperlihatkan Allah. Sebab, boleh saja orang mengaku banyak yang punya mata tetapi tak dapat melihat hakikat kehidupan.
Eloknya, niat Prabowo Subianto  untuk bersilaturahim dengan Joko Widodo tak perlu dihalangi. Silaturahim banyak manfaatnya. Silaturahimi butuh waktu singkat. Tak perlu bersusah payang. Datang, bersalaman dan saling memaafkan. Selesai.
Lihat, berkahnya Habib Bugak Asyi yang kini dikenal sebagai Wakaf Baitul Asyi (Wakaf Rumah Aceh). Pembagian dana wakaf ini sudah berlangsung sejak satu dekade lalu. Dana yang diberikan kepada jamaah Aceh adalah hasil wakaf produktif Habib Bugak 200 tahun lalu. Wakaf produktif itu berupa penginapan, dan berbagai unit usaha.Â
Orang alim ini menjunjung silaturahmi. Sudah wafat ratusan tahun, tapi banyak orang dibantu hingga kini. Hidup hingga wafatnya tetap bermanfaat bagi orang banyak.
Masih takut bersilaturahmi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H