Bagai petir di siang bolong, kami yang tengah berada dalam perjalanan menuju Masjid Qisas, Jeddah, mendapat kabar duka wafatnya Ustaz Arifin Ilham. Sontak hati penulis terasa bergemuruh. Rasa tak percaya. Bukankah ia sudah membaik dari sakitnya seusai menjalani perawatan di Malaysia?
Ustaz Arifin Ilham, kata ustaz Rifqi, sangat populer dengan zikir yang dibawakannya. Sederhana namun menyentuh umat. Bisa jadi ia disebut sebagai seorang tokoh zikir di Tanah Air. Ustaz Arifin wafat karena menderita kanker kelenjar getah bening. Kita, semua, sangat merasa kehilangan. Mengapa, karena beliau sejak muda hingga menderita sakit tetap konsisten berdakwah dan memimpin kegiatan zikir hingga banyak orang meneteskan air mata.
Cara zikir yang dipimpin ustaz Arifin sangat sederhana. Tentu sebagian umat Muslim sudah pernah mendengar dan mengikutinya. Sebab, zikirnya sudah sering banyak dibaca usai shalat lima waktu. Yaitu, Subhaanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallahu wallahu akbar, wala hawla wala quuwata illa billahil 'aliyyil 'adzim.
Artinya : "Maha Suci Allah dan segala pujian bagi Allah, tiada Tuhan melainkan Allah, Allah Maha Besar. Tiada suatu daya dan kekuatan melainkan dengan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Kita, semua, merasa kehilangan, Ustaz Rifqi mengulangi pernyataannya.
Zikir dan fikir
Awalnya ustaz Arifin banyak tampil di siaran televisi (TVRI). Lalu berlanjut pada Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Sekalipun malam hari, ia tetap menyampaikan tausiyahnya. Publik kemudian sangat menantikan siraman rohaninya yang menyejukan.
Setelah itu ia sering tampil di berbagai tempat dan pada kesempatan lain ia tampil di berbagai masjid di sejumlah daerah. Tampilan sang ustaz ini makin digemari kalangan muda karena dakwahnya sangat dirasakan bagi kebutuhan anak muda saat itu.
Ustaz Arifin pun sangat dekat dengan kalangan anak muda. Ustad muda pun makin menyukainya. Ia seolah jadi tempat curhat atau bercurah hati atas kegelisan yang dihadapi. Nah, sang ustaz ini memberi solusi yang mencerahkan.