Dari kota suci ini, Madinah Al Munawaroh, penulis ingin menyampaikan surat terbuka kepada Presiden pilihan rakyat yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Rabu (22/5/2019).
Surat ini terinspirasi dari kisah Uwais Al Qarni, sosok manusia yang dimuliakan Allah lantaran sangat berbakti kepada kedua orang tuanya.
Ia adalah pemuda yang saleh dan sangat berbakti kepada ibunya, perempuan tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan. Yaitu, ketika ibunya hendak menunaikan ibadah haji.
Meski mengalami keterbatasan, miskin pula, ia berhasil memenuhi permintaan ibunya. Tapi, jauh sebelum menunaikan itu ia berlatih mengangkat anak lembu hingga besar setiap hari ke atas bukit. Hingga lembu itu besar. Dari situ, ia berkeyakinan dapat membawa ibunya dengan cara menggendong dari Yaman ke Mekkah.
Kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW juga sangat luar biasa. Ia mendatangi rumah Rasulullah SAW di Madinah, tapi tak ada hingga tak bisa menjumpainya. Saat itu Rasulullah SAW tengah berada di medan perang.
Ketika itu Uwais Al Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah r.a., istri Nabi. Ia kecewanya. Sebab, ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi, tetapi tidak dapat dijumpainya.
Seusai perang dan kembali ke kediaman, Rasulullah menanyai isterinya, siapa yang ingin menjumpainya. Kepada isterinya, Nabi menjelaskan bahwa orang yang ingin menjumpainya itu adalah Uwais, anak yang taat kepada orang ibunya. Ia adalah penghuni langit.
Mendengar perkataan Nabi, Siti Aisyah r.a. dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah r.a. memang benar ada yang mencari Nabi dan segera pulang ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Nabi Muhammad melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al Qarni, penghuni langit itu, kepada sahabatnya, "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya."
Sakit hati
Jujur saja, penulis pernah berjumpa dengan Pak Joko Widodo kala masih menjabat sebagai Walikota Solo. Pada sebuah acara Persuadaraan Haji, yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kala itu Pak Jokowi berada di luar hotel. Dekat pintu masuk. Penulis bicara dalam suasana ramah. Namun hati penulis masih menyimpan rasa sakit hati hingga kini.