Â
Mulutmu adalah harimaumu. Pribahasa ini dimaksudkan agar setiap orang dalam bergaul harus hati-hati. Kapan dan dimanapun ia berada. Karena itu, kata yang meluncur dari mulut harus dikontrol, diawasi dan dijaga agar di kemudian hari tidak menjadi 'bumerang' bagi diri sendiri.
Lantaran mulut tidak dijaga, bisa jadi membikin rekan sejalan, rekan seperjuangan dan rekan makan sepiring terluka. Â Karena ketiadaan kontrol, - bagai orang tengah mabuk, - maka sangat dimungkinkan kata tidak senonoh pun bisa berhamburan.
Karena itu, orang bijak pula sering mengatakan bahwa lidah itu memang tidak bertulang. Manusia memang tempat kesalahan lantaran sangat mudah berbohong/mengumbar janji. Bahkan bisa disebut bicara yang bersangkutan tidak bisa dipegang.
Pada Debat Pilpres 2019, yang belakangan lebih populer disebut sebagai debat pamungkas, dua pasangan calon presiden Jokowi -- KH Ma'ruf Amin dengan lawannya Prabowo Subianto -- Sandiaga S Uno, ternyata ada sisi lain yang patut menjadi perhatian terkait soal mulut asem.
Apa itu?
Yaitu, peristiwa teriak-teriaknya Sekretaris Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ardy Mbalembout di lobi Hotel Sultan, Sabtu (13/4/2019).
Untung saja ada Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean. Ia berhasil menenangkan Ardy yang berteriak minta agar partainya keluar dari koalisi 02 Prabowo.
Siapa yang tak kenal Ferdinand, yang wajahnya sering 'nongol' kala acara debat pendukung di layar televisi ini. Ia terlihat "all out" membela Prabowo di berbagai kesempatan.
Ardy berteriak minta agar partainya keluar dari koalisi 02 tak lama setelah Prabowo menyalahkan presiden-presiden sebelum Joko Widodo terkait kegagalan perekonomian negara. Presiden sebelum Jokowi itu, bisa saja yang dimaksud Prabowo adalah Soekarno, Â Soeharto, Â BJ Habibie. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mereka dianggap gagal dalam mengelola ekonomi negeri ini.