Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jokowi dan Prabowo Ikut Akrab dengan Kata Zalim

31 Januari 2019   10:04 Diperbarui: 31 Januari 2019   10:08 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesan Nabi Muhammad SAW terhadap orang zalim. Foto | DakwahPost

Kalau kalimat yang diangkat Amien Rais baru-baru ini bersamaan munculnya, dapat dipastikan publik akan bertanya siapa pelaku yang zalim, melakukan penzoliman dan merasa dizalimi.

Penulis pun pernah mendengar kata zalim dari pemberitaan penumpang salah satu maskapai penerbangan. Kita sebelumnya mendengar kabar bahwa sebuah maskapai telah melakukan sosialisasi tentang bagasi berbayar bagi penumpang membawa barang melampaui batas ketentuan.

Nah, menariknya, penumpang yang membawa barang melebihi kapasitas tersebut dikenai biaya. Ia menolak. Selain biaya bagasinya mahal melampaui harga tiket juga pengenaan biaya tersebut sebagai perbuatan zolim kepada para penumpang tersebut. 

Lagi-lagi kata zalim muncul. Penumpang tersebut merasa dizalimi. Pelaku yang menzalimi adalah maskapai bersangkutan dan pemerintah sebagai pemegang regulasi. Ujungnya, kemarahan penumpang tersebut ditujukan  pemerintah Joko  Widodo.  Ah, kok begitu. Mudahnya menuduh Pak Presiden melakukan zalim.

Kedua Paslon Presiden kini seperti dipaksa harus "akrab" dengan kata zalim mengingat masa kampanye Pilpres masih sekitar 2 bulan ke depan. 

Hoax bukan semakin reda meski upaya mengajak warga, anak bangsa untuk tidak menghindarinya belum cukup efektif. Sebab, sebuah berita bohong yang diulang-ulang penyebarannya dapat berpengaruh kepada publik sebagai pembenaran.

Misalnya, hutang pemerintah semakin banyak. Menumpuk. Kubu 02 selalu mengangkat isu ini dalam setiap kesempatan. Sementara pemerintah, petahana 01, sudah menjelaskan posisinya. Hutang masih pada batas toleransi dan dibenarkan oleh aturan. Karena berita hutang diulang-ulang, rakyat awam lantas mengunyahnya sebagai berita benar.

Lalu,kalau sudah begitu, siapa yang berbuat zalim, menzalimi dan dizalimi sesungguhnya makin terang siapa pelakunya.

Penulis tak ingin membahas lebih jauh. Tapi yang jelas kata zolim (zalim) itu, seperti disebut Om Wikipedia, melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperi-kemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan.

Dan banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut. Pada dasarnya sifat ini merupakan perbuatan keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan.

 Zalim dalam ajaran Islam adalah meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat zalim disebut zalimin dan lawan kata dari zalim adalah adil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun