Jika saja tak ada pedagang es krim memanggil-manggil pengunjung dengan suara khasnya, bisa jadi kami sekeluarga akan cepat keluar dari kebun raya (KB) Batam yang baru diresmikan pada 22 Desember 2018 lalu.
Jika saja pada saat penas terik itu pedagang meninggalkan kebun raya itu, bisa jadi pula pengunjung tak akan betah berlama-lama di kebun raya itu. Bahkan mungkin cepat kabur dan merasa kapok datang lagi.
Bersyukur, saat itu ada pedagang es krim dan pedagang minuman lainnya. Kami yang tengah menikmati indahkanya kebun raya itu hanya cuma menggerutu. Kok pohonnya mana? Kalau pun nampak, masih kecil-kecil karena usianya masih muda dan tumbuh di pelataran luas.
Ya sudah pasti cuma menikmati teriknya matahari. Namun dari pemandangan kejauhan, saya meyakini lima atau 10 tahun ke depan, kebun raya ini bakal jadi sarana paling indah untuk warga yang tengah memasuki usia romantis.
Pohon bakal tumbuh besar dengan dukungan pengairan memadai.
Karena haus, ya kembali lagi ke tukang es krim. Jika saja manajemen kebun raya membangunkan hall atau pendopo untuk berteduh warga kepanasan, keluhan kepanasan di badan dapat tertolong. Sayang, tempat semacam itu tak ada.
Kepulauan Riau (Kepri) kini punya destinasi wisata baru, Kebun Raya (KB) Batam, yang didirikan sekaligus untuk melindungi keanekaragaman hayati.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kota Batam, Ardiwinata, Senin (23/12), meyakini bahwa KB Batam akan menjadi bagian dari paket-paket wisata yang ditawarkan oleh pihak industri pariwisata.
Kabarnya, KB Batam akan menjadi bagian mendukung Kementerian Pariwisata untuk meraih target 20 juta wisman di 2019. Lokasi ini sangat layak dipublikasikan. Karena bukan hanya sebuah destinasi, namun juga ada unsur edukasinya. Itulah sebabnya, penulis bersama keluarga jauh-jauh dari Jakarta menyempatkan hadir di situ.