Ditutupnya kawasan prostetusi Brunai, pinggiran kota Pontianak, tak membuat praktek tersebut lantas hilang. Malah muncul di rumah hiburan dan sulit dikendalikan populasinya.
Sebut saja yang terdekat di kawasan Mandor, satu wilayah pemakaman pahlawan korban pembantaian Jepang, kini rusak parah. Jika saja dibiarkan pemda setempat, tak mustahil tanah disana bisa berubah menjadi danau. Kala pertambangan di situ berlangsung, keramaian perjudian di kaki lima seolah dibiarkan berlangsung.
Ketika dilakukan penertiban di kawasan prostitusi yang sering didapati dan ditangkap pelakunya adalah para wanita dari bedeng liar. Mereka digiring petugas naik truk seperti kerbau dibawa ke kantor polisi. Tak nampak para pelaku hidung belang digiring bersama.
Padahal, sejatinya, prostitusi hadir di kawasan tersebut karena memang ada pembelinya. Mudah ditebak, pelakunya juga para penambang liar yang juga penggemar minuman keras di situ. Sementara pihak sponsor yang menghadirkan para wanita cantik ke kawasan penambangan tak pernah disinggung, apa lagi dimintai pertanggungjawaban.
Nah, kini praktek prostitusi cara menjalankannya mulai berubah. Sistem online. Terutama di tingkat atas seperti pada kasus penangkapan seorang artis di sebuah hotel Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (5/1/2019). Sejauh ini pelaku penyewa si artis tak pernah diungkap pihak berwajib. Sama seperti kasus di kawasan pertambangan liar tadi.
Sayogianya, pelaku prostitusi: penjual dan pembeli diangkat ke permukaan dalam penyelesaian kasusnya. Jika hal itu didiamkan, bisa jadi sama halnya dengan pengeksploitasian identitas dan penghakiman terhadap perempuan, mulai dari jajaran penegak hukum, media, hingga respons masyarakat seperti diungkap Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Adriana Venny.
Prostitusi hadir di negeri ini bukan melulu disebabkan ekonomi, syahwat lelaki tak terkendali, tetapi lebih pada nafsu dan syaitan yang bertahta pada diri manusia itu sendiri. Kala syaitan dan nafsu berkolaborasi, sementara di sisi lain iman kuat tidak disertai "emen" yang baik, maka bisa jebol juga pertahanan akhlak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H