Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mistik di Negeri Pahang Darul Mukmin

24 Desember 2018   21:03 Diperbarui: 24 Desember 2018   21:07 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Negeri Pahang, Malaysia, makin modern. Stasion Bus saja bertaraf internasional, mirip bandara di Tanah Air. Sayang, warganya masih menggunakan cara tradisional seperti mistik untuk balas dendam. Foto | Dokpri

Mistik di Negeri Pahang Darul Makmur

Ini cerita bukan mengada-ada. Bukan pula mencari sensasi. Apa lagi mencari popularitas. Tapi betul-betul realitas dari badan pengadil negeri jiran Pahang, Malaysia  tentang mistik.

Jika saja di Afrika kita mengenal vudoe, di Eropa dikenal drakula si pengisap darah seperti yang pernah disaksikan dalam tayangan layar kaca. Di negeri jiran Malaysia juga ada.

Kalau saja di pengadilan di Tanah Air kita - dalam suatu proses peradilan yang tengah berjalan - kadang mencium aroma "asing" dan melihat orang menabur garam ke tempat tertentu di pengadilan, maka boleh jadi aksi tabur garam tersebut sebagai mistik.

Nah, di Pahang, penulis mendapat cerita mistik di negeri itu seorang pengadil tak berani tidur di kediaman atau rumahnya lebih dari satu bulan untuk melindungi diri dari perbuatan jahat.

"Ini cerite ape adanya," ungkap seorang hakim Temerlu, Pahang, kepada penulis. Penulis tak perlu menyebut siapa nama hakim yang bercerita itu. Juga nama hakim yang selama lebih dari sebulan tak berani tidur di rumahnya.

Anak dan isterinya dibawa menginap ke saudara. Sementara si hakim itu menginap di masjid berlama-lama demi menjaga dirinya terkena serangan mahluk halus dari perbuatan orang jahat lalu diadili.

"Rekan saye tak berani tidu' di rumah," ia berusaha meyakinkan penulis kala mengantar penulis dan keluarga bertolak ke Batam usai mengisi liburan di Thailand dan Malaysia.

Dan, saya pun menanggapi hal itu dengan serius.

Lantas ia melanjutkan ceritanya. Bila di pengadil Indonesia sering terdengar hakim menerima suap, di Malaysia juga demikian. Ada beberapa hakim menerima suap kemudian ditangkap aparat. Tapi, rasanya, tidak banyak.

Ia mendengar hakim-hakim dan aparat hukum di dalamnya banyak tertangkap petugas antirasuah. Meski para hakim sudah dinaikan seleri (gaji) tetapi tetap saja ada yang tertangkap basah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun