Di sini, Cameron, pedagang ditempatkan di satu titik. Mau soto hingga makanan kering tersedia. Wisatawan dari Cina, Jepang dan bule dari Eropa juga banyak terlihat wara-wiri di sini.
Parkir tertata apik. Tak ada juru parkir teriak kiri.. kiri dan kanan belok kiri dan seterusnya. Tak dipandu juru parkir pun orang tetap menata mobilnya untuk parkir sebagaimana mestinya.
Cameron Highlands di Malaysia kini jadi objek wisata paling populer untuk wisata keluarga. Penginapan dari kelas teri atau hotel sekelas melati banyak. Tapi, yang jelas, penginapan di sini saat musim libur penuh. Kunjungan wisatawan meluber.
Menariknya lagi, tanaman Stroberi strawberry) dan kebun teh dapat "dijual" sebagai objek yang menarik. Padahal, jika kita bertandang ke Puncak dan menyaksikan sekeliling kebun teh berserakan dianggap biasa. Tapi, di sini dijadikan objek yang menarik. Setiap pelancong bisa masuk dan berswafoto di lokasi kebun teh dengan cara membayar dua ringgit per orang.
Hehehe... kalau di Puncak, bebes tanpa dipungut bayaran. Bahkan buang puntung rokok pun tak ditangkap seperti di Cameron.
Objek wisata dan keindahan yang dijual di Puncak dan Cameron sejatinya sama. Yang membedakan hanya soal pengelolaan untuk memberi kenyamanan pelancong merasa nyaman. Di Cameron tak ada orang buang sampah sembarang tempat. Tempat pembuangan sampah tersedia di berbagai tempat.
Polisi dan petugas kebersihan berpakaian oranye pun jarang nampak berkeliaran seperti di Jakarta. Tapi, kok warganya di sini tertip dan mau bersama-sama menjaga kebersihan. Itu yang membedakan Puncak dan Cameron yang makin populer belakangan ini di kalangan wisatawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H