Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Bhikkhu Dapat Tempat Terhormat Sekalipun Hadir di Pasar

19 Desember 2018   22:34 Diperbarui: 20 Desember 2018   10:52 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto | Dokumentasi pribadi

Beragam patung yang diyakini umat Buddha punya kekhususan untuk memberi berkah di bidangnya masing-masing dipuja dan diberi sesembahan. Tak hanya umat Buddha setempat, pelancong pun ikut melakukan ritual yang sama.

Sementara itu, petugas atau pengurus vihara berkali-kali membakar petasan. Wuih, seru pemandangannya. Aroma hio yang dibakar menyebar di atas bukit tempat pemujaan tersebut. Pelancong juga dibuat takjub dengan suara petasan yang dibakar di tempat khusus.

Pemandangan orang membakar petasan itu membawa ingatan penulis ketika berada di Tanah Air. Di Pontianak, ada cerita kuntilanak diusir dengan cara membakar petasan. Di Jakarta, orang membakar petasan ketika ada pengantin sunatan atau ada hajatan, seperti orang mau naik haji dan pulang haji membakar petasan. Seru, kan?  

Hanya saja di sini penulis tak menjumpai bhikkhu melakukan aktivitasnya.

Nah, barulah ketika di pasar tradisional bhikkhu terlihat. Di sini, warga sangat memuliakan kehadiran bhikkhu. Bagaimana memuliakannya.

Begini. Ada beberapa bhikkhu baru datang ke persimpangan pasar. Di situ, sudah ada beberapa pedagang menyediakan kursi plastik. Awalnya, penulis tak tahu bahwa kursi itu diperuntukan untuk bhikkhu. Sebab, ketika bhikkhu datang, penulis diminta untuk mempersilakan kursi plastik itu untuk ditempati bhikkhu. Kursi  segera ditempati sang bhikkhu yang terlihat sangat sopan sambil menundukan kepala.

Ya, namanya juga melakukan pengamatan. Tak lama, bhikkhu lainnya pun datang. Seingat penulis, ada empat bhikkhu duduk tak berjauhan. Lantas, beberapa warga yang tengah berbelanja mendekat. Mereka menyerahkan makanan, uang dan sumbangan lain ke dalam mangkok besar yang dibawa para bhikkhu.

Ada di antara bhikkhu membaca doa. Lalu memercikan air dengan sebuah tongkat ke atas kepala pada warga yang memohon sesuatu kepadanya. Meski sudah diberi doa dan percikan air, masih saja ada warga tak bergeser dari hadapan sang bhikkhu. Seolah merasa belum puas.

Masyarakat Thailand di sini menempatkan bhikkhu lebih dari rasa hormat. Ia hadir dan dibutuhkan umat. Sekalipun ia ada di pasar, doanya tetap mengalir. Bhikkhu memang hadir untuk melayani umat.

Penulis menjumpai enam pelancong dari Singapura. Mereka memang mengaku sebagai penganut Buddha dan sengaja menyempatkan diri ke Hatyai untuk memberi bantuan kepada sejumlah vihara.

Ini untuk kebaikan umat. Saling memberi terhadap umat yang kekurangan sangat dianjurkan. Bhikkhu di sini sangat dihormati. Karenanya, kesejahteraannya pun harus lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun