Iri rasanya hati ini menyaksikan para warga Kampung Terate Udik, Cilegon, ketika mereka makan bersama di ruang terbuka, ikut menyertakan para bocah dalam suasana gembira. Aroma persahabatan demikian kuat, diisi saling sapa antarwarga yang berasal dari beberapa gang sempit sehingga suasana silaturahim pada acara Bancakan di penghujung bulan Safar, yang jatuh pada hari Rabu (14/11/2018), patut itu dijadikan contoh bagi warga kota.
Loh, urusan apa dengan orang kota?
Begini. Kampung Terate Udik, kelurahan Masigit, Jombang, Kota Cilegon, Banten, ini secara ekonomi warganya belum semua masuk pada kelompok sejahtera. Bila dilihat dari fisik: lingkungan, jalan, bangunan rumah hingga akses ke pusat bisnis dan pemerintahan tergolong masih jauh dari menggembirakan.
Warga terlihat menjemur pakaian di sembarang tempat. Di atas genting terlihat pakaian jemuran. Boleh jadi Itu terjadi lantaran rumah sudah sedemikian sesak dan sempit, sehingga ruang terbuka dimanfaatkan penghuninya untuk menjemur pakaian.Â
Bahkan digunakan untuk memelihara ayam, burung merpati dan bebek. Maka, tidak heran, kadang kotoran binatang tanpa sengaja terhisap orang yang lalu lalang di gang sempit.
"Beruntung, anggota partai tidak marah. Itu kan bendera partai, bukan bendera tauhid," bisik seorang pengantar kepada rekannya saat mengantar jenazah.
Meski secara fisik warga di Kampung Terate Udik tersebut sangat sederhana dan jauh dari menggembirakan, tetapi jangan dikira para boca di sini kurang gizi, misalnya. Dari sisi kesehatan, para boca nampak sehat dan bugar. Mereka, para anak itu, kebanyakan sekolah dengan penuh disiplin.
Fasilitas kesehatan, seperti Puskesmas, lembaga pendidikan dan rumah ibadah seperti masjid nampak banyak menghiasi ruas jalan raya. Ketika diajak ngobrol, para bocah tak terlihat minder dengan orang pendatang. Mereka mendekat dan ketika diajak berdiskusi tentang mata pelajaran di sekolahnya, para bocah itu memberi jawab penuh antusias.