Bagi Ahmad, berdagang tidak perlu bertele-tele. Berteori setinggi langit. Ia pun sadar pendidikannya rendah. Karenannya, terpenting, tetapkan harga sesuai dengan barang yang diperjual-belikan. Terjangkau dengan wajar bagi pembeli, sehingga dapat berjualan berkelanjutan.
***
Kata orang, meski terbungkus lumpur mutiara tidak akan mengubah wujudnya. Mutiara tetap bernilai tinggi secara ekonomis.
Nilai Rp100 ribu tak akan berubah meski lembaran uang kertas tersebut diremas lecek dan diinjak hingga kotor dengan sepatu mewah. Selama belum koyak, lembaran uang tadi dapat untuk berbelanja di pasar.
Kata orang, pejabat kebanyakan punya pendidikan tinggi-tinggi. Mereka belajar di kampus mumpuni dan terkenal. Lalu, mereka pun menjadi akhli dan profesional di bidangnya. Tak heran, ketika memimpin suatu institusi sangat piawai.
Karena pendidikan tinggi itu, maka kala mereka berpidato banyak rakyat ternganga mulutnya sambil menikmati untaian kata manis yang meluncur dari mulutnya. Beruntung lalat tidak singgah sehingga selamatlah tenggorokan dari mahluk menjijikan itu.
Sayang, realitas orang-orang berpendidikan tinggi tak cukup kuat meneguhkan diri sebagai manusia yang memiliki integritas. Ia menjadi diri yang tak bernilai karena perbuatan kotor.
Apa lagi jika dikaitkan keharusan profesional. Jauh dari berdisiplin dan tidak bertanggung jawab. Bisa disaksikan dalam realitas sehari-hari. Bila kita menonton acara televisi, setiap hari selalu saja ada tayangan pejabat tertangkap tangan oleh lembaga antirasuah, KPK.
Itu apa artinya, pejabat yang memiliki pendidikan dari lembaga mumpuni belum dapat memberi jaminan mereka dapat bekerja dengan penuh tanggung jawab. Bekerja tuntas, penuh inovasi -- menyempurnakan yang sudah ada dan mengkreasi hal baru yang lebih bagus, sekaligus menjadi contoh yang baik bagi anak buahnya.
Si Ahmad, pedagang rujak bebeg tadi, tak punya pendidikan tinggi. Namun ia punya integritas tinggi untuk menafkahi anak dan isterinya sesuai kemampuan dan kapasitas yang dipunyai.
Si Ahmad Subhi menjalani hidup penuh tanggung jawab. Ia ikhlas. Ia tidak bertele-tele. Atau berbuat macam-macam yang tidak bermanfaat. Lantas, kehidupannya pun disyukuri sehingga menjadi berkah.Â