Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tukang Rujak Bebeg Ini Tidak Bertele-tele

26 Oktober 2018   08:08 Diperbarui: 27 Oktober 2018   20:03 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahmad Subhi tengah melayani pemasan rujak.Ia mangkal di alun-alun Masjid Al Barkah, Bekasi. Foto | Dokpri

Bagi Ahmad, berdagang tidak perlu bertele-tele. Berteori setinggi langit. Ia pun sadar pendidikannya rendah. Karenannya, terpenting, tetapkan harga sesuai dengan barang yang diperjual-belikan. Terjangkau dengan wajar bagi pembeli, sehingga dapat berjualan berkelanjutan.

***

Ini buah-buhan yang diolah jadi rujak bebek. Foto | Dokpri
Ini buah-buhan yang diolah jadi rujak bebek. Foto | Dokpri
Belajar berdagang dari orang kecil seperti si Ahmad, pedagang rujak bebeg ini memang sepintas tidak terlalu penting. Tetapi, siapa yang dapat menduga, justru di situ banyak pembelajaran kemuliaan yang kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan.

Kata orang, meski terbungkus lumpur mutiara tidak akan mengubah wujudnya. Mutiara tetap bernilai tinggi secara ekonomis.

Nilai Rp100 ribu tak akan berubah meski lembaran uang kertas tersebut diremas lecek dan diinjak hingga kotor dengan sepatu mewah. Selama belum koyak, lembaran uang tadi dapat untuk berbelanja di pasar.

Kata orang, pejabat kebanyakan punya pendidikan tinggi-tinggi. Mereka belajar di kampus mumpuni dan terkenal. Lalu, mereka pun menjadi akhli dan profesional di bidangnya. Tak heran, ketika memimpin suatu institusi sangat piawai.

Karena pendidikan tinggi itu, maka kala mereka berpidato banyak rakyat ternganga mulutnya sambil menikmati untaian kata manis yang meluncur dari mulutnya. Beruntung lalat tidak singgah sehingga selamatlah tenggorokan dari mahluk menjijikan itu.

Sayang, realitas orang-orang berpendidikan tinggi tak cukup kuat meneguhkan diri sebagai manusia yang memiliki integritas. Ia menjadi diri yang tak bernilai karena perbuatan kotor.

Rujak dimasukan ke plastik. Foto | Dokpri
Rujak dimasukan ke plastik. Foto | Dokpri
Kalau disederhanakan, integritas mereka tidak selaras antara hati, pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik dan benar.

Apa lagi jika dikaitkan keharusan profesional. Jauh dari berdisiplin dan tidak bertanggung jawab. Bisa disaksikan dalam realitas sehari-hari. Bila kita menonton acara televisi, setiap hari selalu saja ada tayangan pejabat tertangkap tangan oleh lembaga antirasuah, KPK.

Itu apa artinya, pejabat yang memiliki pendidikan dari lembaga mumpuni belum dapat memberi jaminan mereka dapat bekerja dengan penuh tanggung jawab. Bekerja tuntas, penuh inovasi -- menyempurnakan yang sudah ada dan mengkreasi hal baru yang lebih bagus, sekaligus menjadi contoh yang baik bagi anak buahnya.

Si Ahmad, pedagang rujak bebeg tadi, tak punya pendidikan tinggi. Namun ia punya integritas tinggi untuk menafkahi anak dan isterinya sesuai kemampuan dan kapasitas yang dipunyai.

Si Ahmad Subhi menjalani hidup penuh tanggung jawab. Ia ikhlas. Ia tidak bertele-tele. Atau berbuat macam-macam yang tidak bermanfaat. Lantas, kehidupannya pun disyukuri sehingga menjadi berkah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun