Jokowi sering blusukan ke berbagai tempat. Aki Ade menyebut, presiden yang banyak bersalaman dengan rakyatnya hanya dia satu-satunya. Ketika di Garut, menemui ulama, tapi tidak digembar-gemborkan. Orang yang banyak salaman dan bersilaturahim ini banyak rezekinya.
Aki Ade mengaku tak suka politik. Apa lagi ikut bermain politik. Biarlah mau membicarakan apa, asal negeri tidak gaduh. Tidak rusuh. Kalau negeri ini tidak aman, berarti penghasilan seret. Karena tidak ada penghasilan, ya otomatis mencari nafkah menjadi terhambat.
"Saya orang kecil.Rakyat kecil. Sehari-hari tukang sol sepatu dan sandal. Yang diidamkan dalam hidup adalah ketenangan. Tenang negaranya berarti juga tenang mencari nafkah," ungkap Aki Ade yang bernama lengkap Ade Suparya (60 tahun), asal Garut, Jawa Barat ketika dijumpai pada Jumat siang (19/10/2018) kemarin.
Kepada penulis, Aki Ade merasa keberatan dipanggil akang. Alasannya, sudah tua. Kalau dipanggil aki lebih cocok dengan fisiknya yang terlihat masih segar namun merasa malu bila terdengar sang sucu dipanggil akang. Karena itu, sambil menjahit sandal penulis yang diperbaiki, ia minta dipanggil aki saja.
"Tidak pakai bayar kuliahnya. Anak saya pintar," ia menjelaskan dengan rasa bangga.
"Ya, tentu saja namanya juga bea siswa," jawabku.
Aki Ade mengaku mengontrak sebagai tempat usahanya di pengkolan Jalan Ceger Raya, Jakarta Timur. Tepatnya, persis nyempil berhadapan dengan Pos Ojek. Bangunan yang disewa 3 x 3 meter, punya kamar dengan luas yang sama di atasnya. Ia harus disiplin menyisihkan uang untuk membayar kontrakannya sebesar Rp7 juta per tahun.
Kalau sedang banyak orang memperbaiki sepatu dan sandal, penghasilan bisa di atas Rp150 ribu ke atas per hari. Kalau lagi kurang laris, minimal ia perloleh Rp100 ribu. Untuk sehari, ia harus menyisihkan uang Rp50 ribu untuk makan dan rokok.
"Kok, pakai ngerokok segala sih?" si Aki kaget mendapat pertanyaanku dengan nada suara meninggi.