Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ini Solusi agar Suporter Tidak (Lagi) Jadi Korban

24 September 2018   19:27 Diperbarui: 26 September 2018   12:46 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liga sepakbola memang pantas ditiadakan. Usul ini muncul bukan sekali ini saja. Sayogianya pertandingan sepakbola itu hadir untuk mempersatukan bangsa. Sesuai cita-cita dari olahraga itu sendiri, mempersatukan anak bangsa dalam wadah NKRI.

Kita bangga sepakbola Asian Games berjalan sukses. Kok, Liga sepabola kita menghadirkan permainan di luar lapangan yang tidak beradab. Kejadian tewasnya suporter Persija pada pertandingan dengan Persib Bandung, Minggu (23/09/2018) sungguh membuat prihatin semua pihak.

Orang-orang gila bola (Gibol) terhenyak. Pencinta olahraga seperti dibuat kaget. Terlebih PSSI dengan jajarannya tak henti-henti mengangkat sportivitas dan fair play. Di berbagai kesempatan, sikap adil (jujur) terhadap lawan; sikap bersedia mengakui keunggulan (kekuatan, kebenaran) lawan atau kekalahan (kelemahan, kesalahan) selalu digaungkan agar dihormati. Hasilnya, nihil.

Seperti diwartakan, Haringga yang merupakan anggota The Jak Mania atau pendukung Persija Jakarta meninggal dengan luka mengenaskan karena dikoroyok pendukung Persib Bandung, bobotoh.

Haringga sempat meminta pertolongan kepada seorang tukang bakso, tapi para pengeroyok makin brutal. Hingga akhirnya warga Jakarta Barat itu meninggal, sebagaimana diungkap Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP M Yoris Maulana di Jalan Jawa, Kota Bandung, Minggu (23/9/2018).

Para pendahulu dan pendiri PSSI, jika saja mereka masih bisa hadir di zaman now ini tentu akan marah. Mengapa? Ya, karena organisasi sepakbola itu didirikan dengan perjuangan. Ir. Soeratin, sebagai pendiri PSSI pada 1930, kala itu seperti bermain 'kucing-kucingan' dengan penjajah Belanda karena gerakannya dicurigai.

PSSI adalah organisasi olahraga perjuangan sebagai realisasi konkret dari Sumpah Pemuda 1928. Sumpah Pemuda yang merupakan wujud dari nasionalisme itu dikembangkan dalam wadah olahraga. Soeratin melakukan pertemuan dengan tokoh sepak bola pribumi di Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta, dan Bandung. Pertemuan itu diadakan secara sembunyi untuk menghindari sergapan Intel Belanda (PID).

Sedikit menengok ke belakang, pada 19 April 1930, beberapa tokoh dari berbagai kota berkumpul di Yogyakarta untuk mendirikan PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia). Istilah "sepakraga" diganti dengan "sepak bola" dalam Kongres PSSI di Solo pada 1950.

Sejak itu dilakukan kompetisi secara rutin yang kemudian melahirkan pemain-pemain terkenal. Antara lain: Ramang, Maulwi Saelan, Drg. Endang Witarsa alias Lim Sun Yu atau Liem Soen Joe, Kwee Kiat Sek, Achad Arifin, Tan Liong Houw dan masih banyak lagi yang mengharumkan nama bangsa di event inernasional.

Nah, kembali kepada kasus meninggalnya suporter sepakbola di tanah air ini. Menurut penulis, sudah sepantasnya para pemangku kepentingan olahraga memikirkan dan mencari jalan keluar untuk menghindari anak negeri dari kematian konyol.

Sungguh tepat terkait dengan meninggal dunianya Haringga Sirla,  Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) mengimbau PSSI untuk menghentikan sementara kompetisi sepak bola di Indonesia, termasuk Liga 1 dan Liga 2.  Apa lagi sempat beredar pemberitaan di media adanya sweeping kendaraan berpelat D di Jakarta. Seperti diketahui, kendaraan dengan nomor polisi berawalan D berasal dari wilayah Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun