Kusaksikan tentara masuk masjid. Sesuai prosedur tak tertulis, mereka patuh melepas sepatu. Teratur ditata. Diingat-ingat letaknya, agar tak salah pemiliknya kala mencari. Sepatu untuk sepasang kaki haruslah jelas kepemilikannya.
Sepatu berderet. Salah mengambil dan memasang beresiko. Boleh jadi sepatu boot itu dapat menjadi penyebab jatuhnya sanksi bagi prajurit dalam medan latihan.
Sepatu diatur. Ikut prajurit yang taat aturan. Latihan terukur, buka sepatu pun teratur lantaran masjid memberi pesan universal bahwa ibadah menghendaki kesetaraan tanpa sepatu untuk dua kaki.
Dari dulu sepatu untuk dua kaki, kiri dan kanan. Bocah kecil pun tahu itu. Ada pengecualian bagi orang yang mengalami kelainan fisik. Di zaman now, sepasang kaki tetap saja butuh sepatu untuk melindungi dari terik panas matahari, menjaga kulit kaki agar tdak luka. Kini sudah menjadi model dan kebutuhan hidup.
Orang hidup memang berpasangan. Lelaki dan perempuan. Maka, hadirlah kita. Tubuh kita dipasangkan kaki kiri dan kanan. Kala pertempuran, tentara menempatkan kaki kakinya diberbagai titik. Pasukan disebar di berbagai lokasi agar meraih sukses.
Kini kala Pilpres, Pak Esbeye disebut bermain dengan dua kaki. Kata anak kecil, main bola saja dengan dua kaki. Karenanya, lalu jadi sebuah keputusan yang pro dan kontra. Setidaknya dipandang sebagai sebuah anomali politik bagi anggota koalusi Prabowo - Sandiaga Uno.
Kaki kaki kini memang tengah dimainkan. Kadang menimbulkan suara berirama harmoni, tetapi cenderung menimbulkan suara gaduh karena hentakan kaki kaki tak bersesuain dalam melangkah. Dinamika politik memang berbeda dengan derap pembangunan. Kue kekuasaan bagai fatamorgana, kala digenggam tak bersesuaian.
Politisi ramai ikut memainkan kaki kaki. Teori diangkat dan dicoba dipraktikan. Niat awal mengangkat drajat dan martabat rakyat. Kata kesejahteraan jadi komiditas politik. Karena arah jalan berbelok, ia ikuti dengan langkah kaki kakinya. Tergoda. Frustasi diri. Maka, itu dijadikan alasan tidak bisa realisasikan janji. Sudah banyak terjadi.
Politik dan demokrasi memang tak lepas dari peran kaki kaki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H