Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sepatu dan Politik Kaki

13 September 2018   06:49 Diperbarui: 13 September 2018   08:10 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepatu-sepatu. Foto | Dokpri

Kusaksikan tentara masuk masjid. Sesuai prosedur tak tertulis, mereka patuh melepas sepatu. Teratur ditata. Diingat-ingat letaknya, agar tak salah pemiliknya kala mencari. Sepatu untuk sepasang kaki haruslah jelas kepemilikannya.

Sepatu berderet. Salah mengambil dan memasang beresiko. Boleh jadi sepatu boot itu dapat menjadi penyebab jatuhnya sanksi bagi prajurit dalam medan latihan.

Sepatu diatur. Ikut prajurit yang taat aturan. Latihan terukur, buka sepatu pun teratur lantaran masjid memberi pesan universal bahwa ibadah menghendaki kesetaraan tanpa sepatu untuk dua kaki.

Melepas sepatu-sepatu. Foto | Dokpri
Melepas sepatu-sepatu. Foto | Dokpri
Memasang sepatu haruslah benar. Yang kiri dipasangkan ke kaki kiri. Pun sepatu kanan demikian, tak boleh salah, hanya untuk kaki kanan. Ketentuannya jelas, bila dipaksa tak enak di kaki juga beresiko dikenai sanksi oleh komandan. Setidaknya, bisa ditertawakan kala kena hukuman push up.

Dari dulu sepatu untuk dua kaki, kiri dan kanan. Bocah kecil pun tahu itu. Ada pengecualian bagi orang yang mengalami kelainan fisik. Di zaman now, sepasang kaki tetap saja butuh sepatu untuk melindungi dari terik panas matahari, menjaga kulit kaki agar tdak luka. Kini sudah menjadi model dan kebutuhan hidup.

Orang hidup memang berpasangan. Lelaki dan perempuan. Maka, hadirlah kita. Tubuh kita dipasangkan kaki kiri dan kanan. Kala pertempuran, tentara menempatkan kaki kakinya diberbagai titik. Pasukan disebar di berbagai lokasi agar meraih sukses.

Kini kala Pilpres, Pak Esbeye disebut bermain dengan dua kaki. Kata anak kecil, main bola saja dengan dua kaki. Karenanya, lalu jadi sebuah keputusan yang pro dan kontra. Setidaknya dipandang sebagai sebuah anomali politik bagi anggota koalusi Prabowo - Sandiaga Uno.

Sepatu-sepatu di pelataran masjid. Foto | Dokpri
Sepatu-sepatu di pelataran masjid. Foto | Dokpri
Masih untung politik belah bambu tidak dimainkan dengan sepasang kaki. Cukup dua kaki seperti sepatu boot yang terhampar di halaman masjid.

Kaki kaki kini memang tengah dimainkan. Kadang menimbulkan suara berirama harmoni, tetapi cenderung menimbulkan suara gaduh karena hentakan kaki kaki tak bersesuain dalam melangkah. Dinamika politik memang berbeda dengan derap pembangunan. Kue kekuasaan bagai fatamorgana, kala digenggam tak bersesuaian.

Politisi ramai ikut memainkan kaki kaki. Teori diangkat dan dicoba dipraktikan. Niat awal mengangkat drajat dan martabat rakyat. Kata kesejahteraan jadi komiditas politik. Karena arah jalan berbelok, ia ikuti dengan langkah kaki kakinya. Tergoda. Frustasi diri. Maka, itu dijadikan alasan tidak bisa realisasikan janji. Sudah banyak terjadi.

Prajurit tengah berlatih mengenakan sepatu-sepatu. Foto | Dokpri
Prajurit tengah berlatih mengenakan sepatu-sepatu. Foto | Dokpri
Hati-hati. Politisi pembual kini tengah menari. Rakyat tidak perlu ikuti irama gendangnya. Apa lagi ikut-ikutan politisi pembual dengan kaki kaki di berbagai tempat sambil ikut menari. Mengedepankan sikap waras kini jadi kebutuhan dalam menghadapi pesta demikrasi. Tempatkan kaki kaki dengan sepatu sebagaimana mestinya adalah sebuah kebutuhan.

Politik dan demokrasi memang tak lepas dari peran kaki kaki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun