Wuih, keren! Lihat tampilannya menggiurkan. Dipandang lebih dekat, makin mengundang selera untuk menyantapnya. Apa lagi kala makanan itu tengah diolah dan dihidangkan di atas meja para tamu, aromanya berseliweran di hidung makin menambah yakin bahwa suguhan makanan itu dapat dipastikan lezat dan baik.
Boleh jadi, kalau menurut bahasa agama kita di negeri ini, makanan yang disuguhkan dengan apik itu tentu halal dan toyib pula.
Maksudnya, makanan itu sudah tidak melanggar aturan untuk dikonsumsi, karena dari sisi syariat Islam dapat disebut sebagai toyib. Yaitu, makanannya suci dan bersih, apa lagi dari tampilannya baik dan elok. Tentu saja akan terasa nikmat ketika dikonsumsi sehingga dari kehalalannya tidak perlu diragukan.
Menyaksikan suguhan makanan hasil olahan chef profesional Ragil Imam Wibowo seperti itu jadi teringat nyanyian semasa kecil yang hingga kini penulis tidak tahu siapa penciptanya. Syair begini:
Terbit liurku melihat kolakÂ
Kolak dijual di pinggir jalanÂ
Untung teringat nasihat emakÂ
Di situ aku dilarang makan
 Kolak sekarang dimasak emakÂ
Kami menunggu tidaklah lamaÂ
Harganya murah rasanya enakÂ
Kita dapat makan bersama-samaÂ
Chef Ragil tampil keren. Seperti juga kala ia mendemonstrasikan kemahiran dalam hal masak-memasak di layar televisi, tak lupa menegur tamu undangan dengan salam persahabatannya. Para tamu undangan yang hadir - dengan pakaian serba putih - Â itu kebanyakan berasal dari para bloger pencinta kuliner, fotografer profesional dan tidak ketinggalan para penulis setia kompasiana.
Sebelum ia "memainkan" peralatan masak memasak, Chef Ragil yang berbadan subur itu bercerita tentang gastronomi yang punya pertalian erat dengan sejarah kota Macao. Macao dinobatkan sebagai Kota Kreatif Bidang Gastronomi oleh United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO).
Pada 17 Januari 2018 lalu, Macao Special Administrative Region Government dan UNESCO sebagai badan yang bergerak dalam bidang meningkatkan kerja sama antarbangsa, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan telah meluncurkan campaign "2018 Macao Year of Gastronomy".
Tujuannya, sebagai upaya melestarikan warisan budaya kuliner khas Macao, mengingat kota tersebut merupakan perpaduan budaya barat dan timur sekaligus untuk memperkuat reputasinya sebagai pusat gastronomi dunia.