Daripada meributkan siapa pembocor informasi pertemuan ulama yang tergabung dalam Alumni 212, seyogyanya kita patut bersyukur bahwa umat Islam dan umat lainnya -- dari Sabang hingga Merauke -- sudah mengetahui bahwa kini tidak ada lagi  pengotak-ngotakan perlakuan terhadap anak bangsa.
Pertemuan Joko Widodo dan Alumni 212 memang terasa mengejutkan lantaran publik menduga bahwa Presiden mengambil jarak. Realitas itu terasa pasca Basuki Tjahaja Purnama lengser dari kursi DKI 1. Kemudian lagi dilatarbelakangi adanya penangkapan tokoh Alumni 212, seperti Muhammad al Khaththath oleh pihak berwajib.
Setelah itu mencuat pemberitaan Alumni 212 lainnya yang digiring ke bui. Lantas, sebagian kalangan merasa yakin bahwa Jokowi telah mengambil jarak dengan ulama. Khususnya dari kalangan Alumni 212 setelah pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Shihab memilih "mengungsi" ke Arab Saudi.
Realitasnya, Jokowi dalam kunjungan kerjanya ke berbagai daerah selalu menyempatkan diri mengunjungi Pondok Pesantren dan bersilaturahim dengan para kiai setempat.
Dengan terungkapnya pertemuan Alumni 212 di Istana Bogor, Jawa Barat, Â atas inisiatif Jokowi itu, maka banyak pihak berharap ke depan dapat memberi kesejukan bagi seluruh warga di Bumi Pertiwi ini. Mengapa? Karena pertemuan itu diyakini akan membuahkan manfaat.
Sebab, ulama sangat paham tentang kepentingan umat dan negara. Bila lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya, tentu pertemuan itu tidak mungkin terwujud.
Sebelumnya, anggota Penasihat Persaudaraan Alumni 212 Muhammad Al Khaththath menyebutkan  nama ulama yang masuk dalam pertemuan itu. Misbahul Anam menjabat sebagai ketua Tim 11 Ulama Alumni 212.
Ia merupakan pendiri Front Pembela Islam (FPI) dan selama ini ikut terlibat dalam gelombang Aksi Bela Islam, termasuk aksi 212 pada 2 Desember 2016. Sementara jabatan sekretaris Tim 11 dipegang oleh Al Khaththath. Dia merupakan Sekjen Forum Umat Islam dan kerap jalan beriringan dengan FPI dalam beberapa aksi.
Sembilan anggota lainnya yaitu Abdul Rasyid Abdullah Syafii, Abah Roud Bahar, Slamet Maarif, Usamah Hisyam, Sobri Lubis, Muhammad Husni Thamrin, Muhammad Nur Sukma, Yusuf Muhammad Martak, dan Aru Syeif Asadullah.
**
Kini semakin terkuak, bahwa karena pertemuan itu, akan menguatkan silaturahim dan membuat suasana politik di dalam negeri makin tenang. Di sini, memang, Presiden Joko Widodo harus tampil ke depan sebagai sosok negarawan dan merangkul semua pihak.