Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cemong Melayani Konsultasi Politik

25 April 2018   19:53 Diperbarui: 25 April 2018   23:04 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Cemong selalu membuka kepada siapa saja untuk konsultasi. Foto | manusiadumay.wordpress.com

Lalu, atas kelebihan yang dimiliki pada Cemong, mereka merekomendasikan kepada orang lain bahwa persoalan serupa dapat dikonsultasikan kepadanya.

"Ah, ngapain amat gue pikirin!" ujar Cemong seorang diri tentang mengapa sekarang ia banyak didatangi tamu.

Bagi Cemong, sekarang ini, apa yang bisa dibantu ketika seseorang minta bantuan. Kalau tidak bisa, ya tidak usah disampaikan. Hal serupa itu sudah dilakukan ketika rekan-rekan sealumninya datang. Para tamu yang datang hanya konsultasi, minta pendapat. Saran dan solusinya.

"Kalau bisa dijawab, ya jawab. Dijelaskan," kata Cemong kepada suaminya, suatu saat ketika Irsan menanyakan prihal tamu tidak dikenal dan berkonsultasi.

"Bagaimana jika para tamu yang datang politisi?" tanya Irsan.

Lantas, Cemong pun bercerita panjang lebar.

Umumnya mereka itu, politisi, mengonsultasikan tentang bagaimana caranya meraup suara paling banyak saat Pilkada. Aturan sudah jelas. Mereka memaksa, apakah cara memberi sembako gratis itu bisa membuahkan hasil atau tidak. Dapat perolehan suara dan dukungan banyak.

"Atau, cara bergerilya. Mengembangkan taktik dan siasat ke lokasi pemukiman. Mendatangi warga dari satu rumah ke rumah lain. Mirip seperti serangan fajar, gitu loh," cerita Cemong kepada sang suami tercinta.

"Tapi, mereka pasti bohong. Serangan fajar juga nggak bisa dilakoni. Soalnya, orang itu pembohong. Dari pengakuannya saja ia punya isteri lebih dari tiga, tidak diberlakukan adil pula. Orang tuanya di kampung ditelantarkan. Mana ada sih orang macam itu jujur. Apa lagi sudah menelantarkan orang tuanya sendiri," ceritanya.

"Lalu, kalo disuruh membersihkan dan mencuci kaki ibunya dikatakan sudah. Padahal, tidak dilakukan," ujar Cemong dan menambahkan, umumnya mereka itu tidak 'pede'. Tidak yakin ada Tuhan.

"Loh, bagaimana bisa tahu mereka itu berbohong," Irsan mendesak isterinya untuk menjelaskan lebih detail.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun