Apa hubungan orang pensiunan dari kantor berita dengan gigi?
Menurut penulis, ada. Tapi gigi yang dimaksud bukan dalam artian fisik, yaitu gigi yang memiliki fungsi untuk mengunyah makanan lalu ditelan. Bukan itu maksudnya. Bergigi (kata dasar gigi) yang ingin penulis maksud adalah dalam arti kiasan, yaitu punya pengaruh lantaran peran yang dimainkan.
Pertanyaan yang perlu dijawab, kok sudah pensiun (dari lembaga itu) masih ingin berperan? Peran apa sih yang ingin dimainkan?
Kata orang Melayu, laskar tidak berguna. Eloknya duduk manis di rumah urusi cucu. Lakukan olahraga ringan untuk menjaga kebugaran. Rajin ke masjid atau rumah ibadah karena waktu muda sering lupa berdoa di rumah suci itu. Atau ikut majelis taklim untuk menambah ilmu agama karena waktu muda banyak waktu dimanfaatkan mencari uang.
Banyaknya orang tua berobat ke rumah sakit jangan pula diangap sebagai orang tua berpenyakitan. Banyak penyakit kalau sudah tua. Itu tidak tepat pendapat itu. Justru mereka ke rumah sakit karena adanya kesadaran memelihara kesehatan. Dengan sehat, mereka berharap hidup dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Jadi, janganlah menyebut orang pensiun sebagai tidak berguna. Jangan menyebut sudah tua tidak produktif lagi. Boleh menyebut tidak punya gigi lagi alias ompong. Itu dari sudut pandang orang muda. Tapi, soal peran yang dimainkan, jangan samakan dengan kalangan kawula muda. Bisa jadi orang lansia dan pensiunan lebih "pandai", karena makin tua makin "berminyak". Pengalaman dan kecerdasan orang pensiun jangan dirata-ratakan sebagai orang bodoh.
Lihat para petinggi kita, karena mereka mampu merawat kesehatan dengan baik, kapan dan dimana pun masih bisa memberikan kontribusi positif terhadap negara tercinta ini. Saran dan pendapatnya masih dihargai. Itu lantaran mereka (lansia/pensiunan) punya pengalaman terbaik. Sehingg ketika dimintai pendapatnya untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa, tentu saja dapat memberikan hasil positif.
Demikian halnya dengan pensiunan Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara yang dikenal sebagai Penantara. Penulis merasa bersyukur menyaksikan para pensiunan Antara masih terlihat sehat. Masih mau memberi kontribusi positif bagi lembaga itu, meski hal itu dari sudut pandang orang kebanyakan tergolong kecil.
Mereka itu masih bersemangat dan seluruh pemikirannya masih ingin disumbangkan mengingat perkembangan media massa dewasa ini sudah demikian pesat.