Jangan terlalu banyak makan kerupuk. Sebab, makanan ringan dan murah itu membuat tubuh makin enteng. Bisa jadi, tubuh anda ke depannya makin kurus dan banyak batuk. Lagi pula, jenis makanan itu hanya cocok dikonsumsi bagi anak kos (kost) yang tengah prihatin menanti kiriman uang dari orang tua.
Mahasiswa banyak mengonsumsi kerupuk dikombinasikan dengan kecap, plus nasi. Makannya di kamar seorang diri dan sembunyi karena tengah menyimpan rasa prihatin kala menuntut ilmu.
Tapi tidak sedikit di antara mahasiswa yang prihatin itu dalam kehidupan selanjutnya sukses. Sukses menjadi "orang gede", punya kedudukan dan dapat isteri dari pemilik rumah kost. Â Namun ada pula mahasiswa tak bisa menyelesaikan kuliahnya dan memilih bekerja karena desakan kebutuhan ekonomi.
Kisah mahasiswa yang berkaitan dengan krupuk tentu masih membekas kuat dalam benak di antara para penggede di saat zaman "now". Tapi, tahukah anda bahwa krupuk sekarang tidak hanya dikonsumsi kalangan warga akar rumput, tetapi sudah menjadi menu bagi kalangan elite.
Bisa jadi hal ini karena antara penggede dan krupuk ada ikatan emosional.
Dalam suatu kesempatan, penulis menyaksikan tukang perupuk berada di sisi satu kantor kementerian. Lokasiny tepat berada di tengah kota, kawasan Lapangan Banteng Barat. Ribuan kerupuk dari tangga darurat dibawa ke beberapa lantai teratas.
Sementra itu, di Jalan MH Thamrin, tukang kerupuk pada pagi hari terlihat sibuk. Dengan bantuan para juru masak, kerupuk dikirim ke kantin dan ruang rapat hingga lantai 20. Wuih, hebat pokoknya tuh kerupuk.
Dengan demikian, kerupuk sekarang tak lagi dapat dipisahkan dari kehidupan warga Jakarta. Padahal, jika ditelusuri, pabrik kerupuk itu lokasinya berada di beberapa titik kota Jakarta. Bahkan ada yang mengambil di gang sempit yang sulit dijangkau dengan kendaraan roda empat.
***
Di tahun politik, filosofi kerupuk sayogianya bisa menginsiprasi para elite politik untuk belajar dari kehidupan mahasiswa yang tengah prihatin. Di antara para elite tersebut tentu pernah merasakan betapa "pahit" ketika masa-masa sulit menderanya. Namun mereka tetap bertahan dengan satu tujuan, yaitu menyelesaikan kuliah untuk membahagiakan orang tua dan tentu bermanfaat bagi diri sendiri ke depannya.