Mengapa disebut sebagai pemilik 7 pesona? Karena Yusmanlah satu-satunya di Bumi Khatulistiwa sebagai pemegang hak 7 pesona sebagai (1) pebisnis, (2) politisi, (3) preman, (4) olahragawan, (5) Â penguasa rohaniawan (6) jago perempuan dan (7) kekonyolan.
Masih bisa ditambahkan, Yusman takut dengan kegelapan dan kalau mandi punya persyaratan, yaitu airnya harus dipantulkan dulu ke dinding lantaran takut ilmunya luntur.
Kini ia tengah menjadi bahan pembicaraan di seluruh pelosok negeri. Warga di negeri para tetangganya dibuat gaduh. Warga Khatulistiwa pun paham betul kala Yusman membuat onar dan dapat dipastikan dia tengah melakukan ritual politiknya, bagai anak kecil tengah asyik memainkan gangsing seperti di Kampung Ketapang.
Pembicaraan warga Khatulistiwa makin hangat. Warga di warung kopi di pojok Jalan Kota Pontianak kini ramai membicarakan dirinya. Juga pengunjung caffee mewah di sejumlah hotel kota hantu itu ikut-ikutan membicarakannya. Ramai nian. Ada yang tampil bagai komentator sepakbola, ada yang memuji dan juga memaki karena pernah tersakiti. Namun pengamat politik enggan ikut tampil di forum ini. Apa pasal, takut "selip lidah" bakal berurusan dengan preman konyol.
Di negeri itu, kalangan akademis tahu persis jika sudah menyinggung sang pemilik 7 pesona, banyak orang merasa 'ribet'. Mengatur negeri bukan tambah lurus, tapi berkutet tak berujung. Para warga maklum pula, temperamen Yusman sulit dibendung ketika "syahwat" berkuasanya naik. Apa lagi ia kini tengah naik daun dengan sejumlah jabatan penting di pelosok negeri.
Yusman sang pemilik 7 pesona memang luar biasa. Badan pendek bukan penghalang dirinya untuk menjadi "subur", gemuk dan besar. Kekar pula. Tampilan selalu necis dengan kendaraan serba "wah". Punya pesawat pribadi pula. Hal itu barangkali yang menyebabkan ia demikian "subur" baik dari sisi fisik, material dan makin jauh dari spiritual. Kemewahan diperoleh seperti mudah didapat, bagai menukar lembaran daun berserakan di jalan raya dengan cara ditukar apa saja yang diinginkan.
Boleh jadi, anak zaman "now" menyebutnya bahwa si Yusman itu duitnya tidak berseri. Ia menjadi mesin pencetak uang. Bukan ia yang bekerja, tetapi duit yang dimilikinya lah bekerja sendiri. Ditempatkan dimana pun, duit si pemilik 7 pesona itu tidak bakal berkurang. Karenanya, kini ia tampil bagai sosok penguasa yang cenderung menjadi raja di Bumi Khatulistiwa.
Jika saja suara rakyat bisa dibeli, tentu sudah lama dilakukan. Beruntung warga Bumi Khatulistiwa tidak "silau" dengan duit yang sering dikucurkan, sehingga upaya membeli suara Tuhan tidak dapat dilakukannya.
"Demi Bumi Khatulistiwa raya, setan pun akan saya bayar," kata Yusman dalam suatu kesempatan.
Kalimat itu masih kuat terkenang di kalangan para orang tua setempat kala Yusman mencalonkan diri sebagai gubernur.
Tapi, syukurlah, hal itu tidak terjadi karena ucapan itu hanya slogan saja untuk menunjukan dirinya serius memimpin wilayah itu kala ia melakukan kampanye.