Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bang Ilham: Waspadai Isu Sensitif dari Bakpao

20 November 2017   11:38 Diperbarui: 20 November 2017   11:57 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bang Ilham merasa bersyukur bahwa dalam empat hari terakhir ini dagangannya laris keras. Meski harga kue bakpao sehari-hari Rp5 ribu dinaikan menjadi Rp5.500 per buah tetap saja laris. Bahkan kemarin ia membuat sampai 100 buah dan dijual di kawasan pemukiman kos-kosan Jalan Susilo, Grogol, cepat habis.

Kue jajanan yang bisa mengenyangkan perut ini bentuknya bulat dengan warna putih. Teksturnya lembut dan isian yang beraneka ragam membuat banyak orang menyukai bakpao.

Ia pun kembali mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan yang pada hari-hari sebelumnya tak pernah kata-kata itu diucapkan kala mendapat untung maupun saat 'buntung', rugi karena langka pembeli.

Karena berdagang bakpao itu memberi berkah, ia pun membenahi alat angkut, gerobak dan pemanas bakpao. Uang keuntungan harus dimanfaatkan kembali agar membuahkan hasil lebih baik.

Kalau ikut istilah orang "gedean", uang keuntungan diinvestasikan kembali sehingga usaha ke depan diharapkan dapat berkembang dan maju.

"Uangnya untuk investasi. Biar bagus peruntungan ke depan," ungkap Bang Ilham kepada sesama rekannya pedagang bakpao.

"Bakpao... bakpao... nggak deh. Gue nggak ngucapin kata ntu lagi,"  ia mengungkapkan kalimat itu seorang diri dalam perjalanan ke kediamannya di kawasan Pasar Inpres Grogol.

Ilham memang sekarang tak perlu lagi berteriak menjajakan dagangannya sambil berkeliling. Penempilannya pun berubah. Ia berdagang mangkal. Ia sudah membeli gerobak baru, termasuk kompor yang ditempatkan di gerobak untuk menjaga kehangatan bakpao yang dijual kepada warga sekitar.

Mahasiswa sekarang senang mengonsumsi bakpao. Ada pergeseran konsumsi mahasiswa di lingkungan rumah kos-kosan itu.  Biasanya para mahasiswa banyak bertebaran di rumah makan mie dan warung nasi sekitar. Tetapi, justru sekarang ini banyak mengonsumsi bakpao.

Lantas, di otak Ilham terpikirkan pula upaya menjaga kualitas bakpao yang dijajakannya. Yaitu, membikin sertifikasi halal seperti yang dilakukan makanan cepat saji. Tujuannya, dengan label halal yang diperoleh diharapkan dapat mendongkrak penjualannya ke depan.

"Gimana caranya, ya?" tanya Ilham kepada rekannya, Jamil yang sehari-hari berprofesi sebagai pengojek di lingkungan setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun