Mengutip ucapan tokoh pers, Adam Malik: "Semua bisa diatur."
Jika kemudian ada suara minor, nyinyir atau apa lah komentar orang banyak, tak perlu diambil hati. Hukum harus dilawan dengan hukum. Kata Gus Dur: "Gitu aja kok repot."
Kalau saya pribadi menjadi Setnov, selagi kuasa berada di tangan, akan saya kerahkan para simpatisan dari ujung timur Indonesia hingga ujung Barat Indonesia. Saya akan mintai mereka untuk berdoa bagi keselamatan bangsa. Pasalnya, hukum di negeri ini bagai keong racun yang jalannya cuma merambat perlahan. Padahal, katanya, pejabat negeri telah melakukan reformasi.
Akibatnya, proses hukum yang dihadapi bagai anak kecil tengah sakit flu. Bagai anak kecil ingusan, yang sebentar-sebentar keluar ingus lalu disedot masuk. Keluar dan masuk lagi disedot. Atau, bagai suara tokek dengan suara "bui... tidak... bui... tidak...."
Sebenarnya saya takut menulis ini, takut dipanggil pak polisi. Takut dianggap mencedarai Pak Setnov yang selalu saya doakan agar tabah menghadapi berbagai cobaan. Karenanya ungkapan ini disampaikan dengan cara santun menurut kemampuan saya.
Dunia memang berbutar. Kalau nggak, ya kiamat sajalah. Roda-roda mobil pun ramai di jalan raya Jakarta dan telah membuat repot banyak orang karena macetnya yang luar biasa. Tentu siapa pun tahu, kala putaran roda berlangsung, selalu saja ada bagian berada di atas kadang ada bagian yang di bawah.
Begitulah kehidupan. Hari ini di atas singgasana, tidak mustahil atas kehendak-Nya, di hari ke depannya seseorang harus melakukan perenungan di rumah ibadah: masjid, mushollah dan pondok pesantren. Atau tempat ....
Ah, sudahlah. Pokoknya, untuk Pak Setnov, saya doakan untuk tetap diberi ketabahan dan keselamaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H