Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Alexis, Alexa dan "Nazar Politik"

5 November 2017   11:44 Diperbarui: 5 November 2017   11:53 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Alexis yang jadi target Juragan untuk ditaklukan hatinya. Foto |wordpress.com

Ketika Alexawati, si ibu dari kedua gadis kembar itu lewat di warung "Bebeem", para ibu tetangga yang tengah berkumpul selalu saja berdehem. Awalnya, Alexawati tak paham makna dari dehem para ibu yang di antaranya ada yang genit, jalang dan pencemburu.

Naluri wanita memang tajam. Alexawati mencari tahu tentang pembicaraan para warga, khususnya di kalangan ibu-ibu comel. Persis, dugaannya tepat. Omongannya selalu tak jauh dari kemolekan yang dimiliki puteri kembarnya.

Kala Alexis dan Alexa menjadi trending topic di kawasan pemukiman tempat tinggalnya, Alexawati dengan muka cerah mendekati sang suami. Lalu, mereka mendiskusikannya.

"Bang, Alexis dan Alexa sering dibicarakan orang. Nggak khawatir ada apa-apa?" Alexawati membuka percakapan dengan kalimat bertanya.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Ali atau pemilik nama lengkap Ali Boing, sang suami tercinta hanya terdiam. Ia tak dapat bicara banyak, tidak cerewet lagi dalam diskusi itu. Ali cerewet cuma gara-gara servis yang diterima di rumah mengalami degradasi.

Ia hanya terdiam. Namun matanya terus menerus memperhatikan Alexawati yang dinilai kecantikannya tidak berkurang.

"Bang, Alexis dan Alexa sekarang jadi tranding topic. Apa langkah selanjutnya?"

Ali masih saja terdiam. Seolah pertanyaan isterinya seperti langkah mematikan dalam sebuah permainan catur. Posisi Ali seperti tidak bisa mengelak. Skak mat.

"Bang, bicaralah?" Alexawati memohon dengan pertanyaan suara lembut.

Ali mendengar suara istrinya, merasakan kelembutan. Kalau sudah begitu, ia menjadi lemah. Ia memang tergolong lelaki paling haus belaian alias HBL. Ia tergugah. Lalu, angkat bicara. Namun ia mewanti-wanti istrinya itu agar segala ucapannya yang meluncur dari mulutnya yang manis tidak disusul pembicaraan lainnya.

Pembicaraan cukup dibatasi, yaitu pada diskusi Alexis dan Alexa. Tidak boleh keluar dari konteks, misalnya membicarakan lahan yang baru dibeli, akan ditanami pohon apa? Atau membicarakan rumah kos yang berderet seperti keong racun berbaris di pohon pisang. Atau pun membahas uang siluman di kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun