Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Goreng Pepesan Kosong

18 Oktober 2017   14:36 Diperbarui: 18 Oktober 2017   14:57 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen | Goreng Pepesan Kosong

Kekesalan Mpok Salmah seolah sudah memuncak. Kepala terasa digoreng seperti nasi goreng. Sebab, suaminya, Toing yang sudah memasuki pensiun dan banyak begadang di berbagai warung kopi punya niat menjual nasi goreng.

Seperti juga kebanyakan kalangan warga kelas menengah ke atas, bang Toing ingin warungnya dikelola seperti sebuah cafe. Lengkap dengan fasilitas wireless fidelity atau sebutan pupulernya WiFi, kopi khas Betawi hingga nasi goreng.

Jika warung kopi saja dengan menjual nasi goreng, ditambah lagi dengan fasilitas WiFi mungkin Mpok Salmah masih bisa menerima. Yang dikhawatirkan adalah kebiasaan Bang Toing kalau sudah begadang mampu sampai menjelang Subuh. Kalau berjualan setiap hari seperti itu, kapan sehatnya Bang Toing.

"Badan dibawa untuk hidup melulu begadang, bisa remuk. Orang yang pensiun apa lagi, tinggal tuanya. Bau tanah sudah pasti," kata Mpok Salmah kepada Bang Toing, ketika kedua orang tua beranak dua ini berembuk tentang rencana membuka warung kopi.

"Ini bukan warung kopi biasa, tapi cafe. Pake bahasa modern dong," pinta Toing kepada isteri tercintanya.

Sekarang ini, ia melanjutkan, mengelola cafe sedang ngetren. Lagi pula, laris. Bukan hanya orang tua dan anak-anak muda, semua orang dari berbagai strata sosial menyukai kuliner di cafe. Biar di situ cuma dijual kopi doang ditambah nasi goreng, kentang goreng, pasti semua oran senang menikmatinya.

Apalagi ada fasilitas WiFi, ada internet, ada televisi yang bisa menyuguhkan pertandingan sepakbola dari luar negeri. Bahkan berita terhangat bisa diperoleh.

Para penggila bola atau gibol bakal hadir di cafe kalau kita kelola dengan baik.

"Pokoknya buka cafe. Orang di situ juga bisa mendapatkan berita paling aktual," kata Bang Toing penuh semangat. Mpok Salmah Cuma bisa bengong, karena suaminya banyak menggunakan istilah asing.

"Tapi, harus diingat Bang. Abang itu badannya ceking. Ngerokok melulu seperti kepala kereta api tempo doeloe. Lokomotif, kepala kereta item ngeluarin asep melulu nggak ada berhentinya," jawab Mpok Salmah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun