Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Jalan Proklamasi Kuingat Soekarno-Hatta

11 Agustus 2017   17:48 Diperbarui: 13 Agustus 2017   08:08 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung proklamator Soekarno - Hatta di Jalan Proklamasi, tetap menginspirasi anak bangsa. Foto | klikhotel.com

Di Jalan Proklamasi Kuingat Soekarno - Hatta

Berkali-kali klakson mobil terdengar memekakan telinga. Satu sama lain para pengemudinya memberi isyarat, meminta jalan untuk berada di depan pada saat kondisi lalu lintas padat merayap. Maklum Jakarta kini dikepung kemacetan karena di beberapa titik persimpangan jalan tengah dikerjakan pembangunan tiang pancang jalan layang (flyover), Light rail Transit (LRT) dan double-double track (dua rel ganda) kereta api.

Jakarta kini tengah 'getol' membangun flyover dan tiang double-double track kereta api dan tiang pancang LRT di sisi sejumlah jalan ibukota. Jalan Proklamasi terkena imbas kemacetan. Sebab, kendaraan dari jalan dari arah Matraman dan Pemuda, termasuk dari Jalan Tambak bertemu pada ruas jalan bersejarah itu. Pada saat jam sibuk, pagi dan petang, jangan harap 'mimpi' melintasi jalan tersebut tanpa hambatan, lengang.

Meski Jakarta sudah punya jalan layang dan underpas, kemacetan tetap terjadi. Foto | Dokumen Pribadi.
Meski Jakarta sudah punya jalan layang dan underpas, kemacetan tetap terjadi. Foto | Dokumen Pribadi.
Ondel-ondel mau lari ikut memeriahkan HUT RI. Foto | Dokumen Pribadi
Ondel-ondel mau lari ikut memeriahkan HUT RI. Foto | Dokumen Pribadi
Polisi lalu lintas dan para petugas dari Dinas Perhubungan tiap hari "menongkrongi" raus jalan simpang Matraman dan Pramuka. Karena lebar jalan 'termakan' areal proyek, maka tentu saja para pengemudi harus ektra hati-hati agar kendaraan tidak saling gesek satu sama lainnya.

Kemacetan lalu lintas di Jakarta akibat dampak pembangunan infrastruktur sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Pembangunan infrastruktur memang sudah terasa ketinggalan dan harus dikejar. Apalagi di daerah, infrastruktur perhubungan masih dalam kondisi 'memelas'. Namun, yakinlah, anak negeri ini tentu bukan berarti mengabaikan hasil perjuangan para pendiri bapak bangsanya.

Bertepatan menyambut perayaan 17 Agustus 1945 yang jatuh beberapa hari lagi, kusempatkan melintas Jalan Proklamasi Jakarta. Dalam suasana macet parah di jalan itu, dari belakang setir kupandangi patung Bung Karno dan Bung Hatta.

Aku tengah berziarah di makam Bung Karno. Foto | Dokumen Pribadi
Aku tengah berziarah di makam Bung Karno. Foto | Dokumen Pribadi
Krumunan orang dari berbagai daerah menyempatkan ziarah ke Makam Bung Karno. Foto| Dokumen Pribadi
Krumunan orang dari berbagai daerah menyempatkan ziarah ke Makam Bung Karno. Foto| Dokumen Pribadi
Lantas, hatiku berkata-kata: "Meski Bung Karno dan Bung Hatta telah tiada, 'nyala api' semangatnya masih tetap membara. Hai, Bung! Lihat anak bangsa masih memelihara amanatmu."

Dimana-mana kusaksikan anak negeri memasang Bendera Merah Putih. Para pedagang pun memetik untung dari penjualan benderanya meski bisnis ini tergolong musiman dan ringan. Kesenian ondel-ondel pun masih ikut menari riang disertai pemusiknya sedikit rada nakal karena tak dapat sumbangan dari pemilik warung pinggir jalan.

Tukang koran di persimpangan masih bersemangat berdagang di persimpangan jalan meski kurang laris lagi lantaran termakan 'tekonologi' digital. Tak ada lagi teriak Abang Koran menyuaran judul berita dengan segala 'bumbunya' sebagai 'pemanis' agar korannya dibeli. Yang jelas, kini anak negeri sibuk menghias negeri dengan Bendera Merah Putih dan atribut lainnya.

Gema menyambut 17 Agustus 1945 juga terasa di kampung-kampung pinggir Jakarta. Mulai tingkat erte hingga erwe sampai kelurahan sudah disibukan membentuk panitia. Artis dang-dut bakal laris, panen pesanan. Pak erte dimana-mana siap-siap memberi sambutan atau berpidato di hadapan warga.

Panitia di tingkat erte dan erwe juga sibut membuat panggung, gapura dan membeli ini - itu untuk hadiah lomba untuk anak-anak yang duitnya dikumpulkan hasil sumbangan warga. Pokoknya, meriah. Apa lagi dari kelurahan sudah ada imbauah agar warga, pengurus erte dan erwe sampai kelurahan harus ikut upacara 17 Agustus pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun