Ya, salam selamat datang bagi para pengunjung perpustakaan tersebut. Patung Gus Dur ditempatkan sedikit ke tembok belakang dengan menghadap pintu masuk. Jadi, begitu pengunjung datang, akan langsung menatap Gus Dur. Suasana bersahabat pun terlihat dengan tampilan foto Gus Dur semasa muda dengan anggota keluarganya.
Memperhatikan kursi yang diduduki Gus Dur, terasa unik. Pegangan kursi terukir belalai gajah, senderan kursi hampir menyerupai ukiran yang dimiliki para raja dari Thailand. Terlihat kekar untuk menopang tubuh Gus Dur.
Aku berharap patung Gus Dur ini tidak dipersoalkan. Apa lagi "digoreng" hanya untuk komoditas 'picisan". Hadirnya patung Gus Dur pada perpustakaan tersebut sekaligus pula sebagai penguatan kehidupan bertoleransi bagi anak bangsa.
Penyadaran nilai-nilai toleransi dan menghormati keberagaman memang harus dipupuk di setiap lini. Yaitu dimukai dari lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, organisasi kemasyarakat (Ormas), partai politik hingga negara. Sebab, apa yang terjadi saat ini, akan dilihat oleh generasi berikutnya, calon pemimpin bangsa. Pernyataan Teten Masduki itu sejatinya sudah diawali oleh Gus Dur yang bisa dibaca pada perpustakaannya tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI