Bang Combro memang anak asli Kampung Pakuhaji. Bapaknya sepulang ibadah haji dipanggil Pakuhaji oleh para tetangganya. Entah apa latar belakang nama orang tuanya disebut Pakuhaji. Seingat Bang Combro, nama orang tuanya Pak Engku. Artinya orang yang dituakan dan dihormati. Lantas, kok kemudian menjadi Pakuhaji? Lantas, kenapa pula Bang Combro hidup menjadi pengontrak di kampungnya sendiri?
Ini adalah bagian dari sejarah Bang Combro. Pada awal tahun 50-an, orang tua Bang Combro kecil sudah mengirim ke salah satu Pondok Pesantren di Cisoka. Tak jauh dari Kampung Pakuhaji. Sama-sama masih wilayah Tangerang, Banten.
Usai menjalani kehidupan santri bertahun-tahun, sang kiyai minta Bang Combro pulang dan berpesan bahwa kampung halamannya adalah Pakuhaji. Kampung yang kini menjadi sebuah kecamatan yang diambil dari nama orang tuanya. Ia pun diminta pandai-pandai bawa diri dan jaga diri. Maklum, Banten termasuk wilayah keras. Keras dari sisi masyarakatnya dan juga ilmu kanuragannya.
Siapa yang tidak kenal dengan kesenian debus dan ilmu bela diri pencak silat dari daerah ini. Tetapi jangan dikira dari kawasan ini pun banyak pendekar mandraguna dan alim. Sebutan jawara adalah sudah lama dikenal di kawasan Banten.
Selama di pondok pesantren, beragam ilmu agama diberika sang kiyai. Baca Alquran tentu pandai, tampil di hadapan publik pun bisa seperti menjadi khotib jumatan, imam masjid dan memberi tausiyah kepada orang yang memintanya. Termasuk pekerjaan yang tidak dipikirkan banyak orang. Yaitu, memandikan mayat.
***
Sayang, ketika kembali di kampung itu orang tuanya sudah wafat. Anggota familinya pun banyak tak kenal bahwa Ahmad bin Pak Engku yang kini dikenal Bang Combro sesungguhnya putra daerah setempat. Maka, ia pun mengambil sekamar kontrakan dan membayarnya dari penghasilan jual kue combro.
Belakangan ini nama Bang Combro dari Kampung Pakuhaji makin beken. Bukan karena kue combronya yang memang enak terbuat dari ubi kayu atau singkong berkualitas yang dibuatnya, tapi karena kehebatan ilmu jaga diri yang dimiliki.
Setiap hari ojek banyak menurunkan penumpang untuk bertandang ke kediamannya. Termasuk sopir angkot, ketika disebut dimana kediaman Bang Combro dengan cepat menunjukkan rumah kontrakannya. Para tetamu Bang Combro umumnya berjumpa minta dibuatkan "air" -- air yang didoakan -- agar orang yang terkena ilmu santet segera sembuh.
Bang Combro melayani semua permintaan tamunya itu. Tanpa imbalan. Namun saat ia berdagang combro pada sore hari para tamu tidak dilayani. Akibatnya, rumah kontrakan penuh dengan tetamu menanti Bang Combro usai berdagang.
Udara panas Kamis petang boleh jadi bukan hari keberuntungan bagi Bang Combro. Penggorengan berisi minyak panas dan gorengan combro ditabrak mobil Satuan Polisi Pamong Praja setempat. Beberapa anggota polisi itu turun serempak dari mobil bak terbuka. Beruntung Bang Combro yang terkena tumpahan minyak panas tidak luka bakar. Bahkan kulitnya memerah pun tidak.