Kebangkitan Nasional jelas tidak bisa dilepaskan dari sosok Boedi Oetomo. Organisasi ini menjadi "motor" dan menginspirasi bangsa ini untuk bangkit. Ya, bangkit melawan penjajah dengan semangat nasionalisme yang akhirnya membawa bangsa ini menjadi besar dan merdeka.
Para pelajar dan generasi muda di negeri ini penting memahami bahwa pada era Boedi Oetomo itu kebangkitan nasional sejatinya adalah upaya mempersatukan bangsa dengan banyak generasi muda untuk menyatukan visi demi kemerdekaan.
Sesuai Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 1982, Indonesia berdiri dengan disatukan oleh lautnya yang luas. Laut mempersatukan jiwa dan raga para warganya yang terdiri dari berbagai: agama, etnis, bahasa dan ras di bawah payung Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.
Hari Kebangkitan Nasional ke-109 ini, yang kini diperingati di berbagai daerah dan ibukota, patut dijadikan momentum peningkatan pemerataan pembangunan, terutama infrastruktur, transportasi dan telekomunikasi hingga ke kawasan perbatasan.
Proyek strategis nasional mendapat perhatian besar Jokowi. Baik yang sudah dipersiapkan oleh kabinet sebelumnya maupun yang dirancang Kabinet Kerja sendiri.
Melalui Kabinet Kerjanya, kini ia mencurahkan perhatian di kawasan perbatasan. Belakangan, membangun Indonesia dari wilayah perbatasan dikenal sebagai membangun dari pinggiran. Pembangunan kawasan itu diarahkan guna memperkuat potensi daerah perbatasan. Â
Substansinya menekankan perlu peningkatan produktivitas rakyat dan memperkuat daya saing negara di tingkat global. Karena itu percepatan sejumlah proyek yang telah dimulai pada era sebelumnya menjadi prioritas kabinet kerja.
Dapat disebut antara lain proyek jalan tol Cipali (Cikopo - Palimanan) dapat dioperasikan menjelang Lebaran 2015. Waduk Jatigede (Jawa Barat) dapat diselesaikan.
Pemerintahan Jokowi menyadari bahwa pembangunan semua itu belum cukup menjamin rakyat dapat hidup sejahtera dan makmur. Sebab, masalah papan masih dapat dipandang sebagai persoalan laten.