Dampak Kunjungan Raja Salman, “Kue” Wisatawan Timur Tengah Dinanti
Benarkah kunjungan kehormatan Raja Salman dari Kerajaan Arab Saudi memberikan dampak bagi periwisata di Tanah Air? Jawabannya, ya. Setidaknya bagi sejumlah hotel di Pulau Dewata, Bali, yang menjadi tempat kehormatan berlibur bagi rombongan dari kerajaan itu pada 9-12 Maret 2017.
Sebelumnya, Raja Salam dengan rombongan besarnya melakukan kunjungan kehormatan di Bogor dan Jakarta 1-9 Maret 2017 dan mendapat sambutan hangat dari Presiden Joko Widodo dan seluruh rakyat Indonesia.
Kehadiran Raja Salman di Tanah Air telah menarik perhatian sejumlah negara di Timur Tengah. Hal itu terungkap dari pernyataan Ketua Umum Asphurindo Magnatis Cahidir.
Asosiasi Pelaksana Haji, Umroh dan In-Bound Indonesia (Asphurindo) adalah institusi yang mengonsentrasikan diri pada kegiatan haji, umrah dan inbound. Disamping itu juga menyelenggarakan kegiatan kemitraan dengan memperluas jaringan kerja sama saling menguntungkan anggota.
Organisasi yang didirikan pada 16 Februari 2011 ini melihat, Indonesia telah memberikan devisa bagi Arab Saudi melalui ibadah haji dan umrah, sementara devisa dari rakyat Arab sangat sedikit. Tentu saja terjadi jurang pemisah (gap) dalam pendapatan atau income dari devisa.
Nah, Asphurindo melihat potensi pariwisata di negeri ini demikian besar. Mengapa hal ini tidak dipasarkan ke Timur Tengah, ungkap Magnatis.
Magnatis mengaku, asosiasi ini memiliki dua izin, yaitu dari Kementerian Kebudayaan, dan Pariwisata dan Kementerian Agama. Kini tengah mempersiapkan terselenggaranya Islamic Tour di wilayah Nusantara dan pembentukan Indonesian Tourist Center di Dubai dan Jakarta.
Diyakini jika pengelolaan dilakukan secara profesional, maka jumlah wisatawan Timur Tengah yang selama ini hanya rata-rata 50 ribu orang per tahun dan bersifat tradisional, akan meningkat signifikan. Mereka diharapkan dapat membeli paket wisata yang dikelola profesional. Ini akan memberikan devisa bagi Indonesia serta membuka lapangan kerja bagi rakyat.